Ketika berbicara tentang sejarah munculnya syiah, kebanyakan orang berkonsentrasi pada sejarah seseorang yang bernama Abdullah bin Sejarah telah menuliskan, bahwa dari dahulu kala sebelum masa kenabian selalu terjadi persaingan antara bangsa Sejak itu, mereka berusaha melakukan berbagai upaya untuk menghancurkan Islam. Kejayaan pertama gerakan munafiqin ini adalah ketika mereka berhasil melancarkan operasi pembunuhan terhadap Umar bin Khattab radiallahu anhum, kemudian dilanjutkan dengan bantuan Ibnu Saba’, mereka menaburkan benih-benih kedengkian yang akhirnya berujung pada terbunuhnya Utsman bin Affan radiallahu anhum. Pasca terbunuhnya Utsman bin Affan radiallahu anhum, kaum muslimin sepakat membaiat Ali bin Abi Thalib radiallahu anhum sebagai khalifah. Namun ketika itu, terjadi perbedaan pendapat diantara para sahabat perihal pembunuh Utsman. Ali bin Abi Thalib radiallahu anhum beserta beberapa sahabat lain berpendirian untuk menunda hukuman kepada pembunuh Utsman karena negara sedang dalam keadaan kacau dan tidak terkendali, sedangkan Muawiyyah dan beberapa sahabat lain (termasuk ummul mukminin Aisyah radiallahu anha) berpendapat agar hukuman terhadap pembunuh Utsman segera dijalankan, dan justru itulah yang akan menenangkan suasana dan kembali mempersatukan kaum muslimin. Keadaan ini dimanfaatkan dengan sangat baik oleh bangsa (Kisah-kisah sejarah dalam peristiwa-peristiwa di atas banyak yang tidak benar sekalipun yang tertulis dalam rujukan formal seperti silabus sejarah persekolahan dan buku-buku di pasaran. Kisah di atas sebenarnya patut diterima berdasarkan manhaj Ahl al-Hadis -metode kajian sanad- dan bukannya manhaj Ahl al-Tarikh –metode meriwayatkan semua cerita-. Oleh itu disarankan beberapa rujukan berikut sebagai sumber sahih dalam menilai peristiwa-peristiwa di atas: 1. Abu Bakar Ibn alArabi [543H]; dalam “alAwasim min al-Qawasim fi Tahqiq Mawaqif al-Shahabah ba’da Wafat al-Nabi” dengan tahqiq Muhib al-Din al-Khatib [1389H] -Dar al-Jail, Beirut -1994- dan telah diterjemahkan dengan lengkap oleh Abu Mazaya & Ali Mahfuz dengan judul “Benteng-Benteng Penahan Kehancuran: Satu Upaya dalam Membela Para Sahabat Nabi s.a.w” -Darul Iman, Sri Gombak 2002-. 2. Muhammad bin Yahya al-Andalusi [741H] dalam “al-Tamhid wa al-Bayan fi Maqatil al-Syahid Utsman bin Affan” dengan tahqiq Karam Hilmi Farhat Ahmad -Dar al-Arabiyyah, Kaherah 2002-. 3. Muhammad Amahzun dalam “Tahqiq Mawaqif al-Shahabah fi al-Fitnah min Riwayat al-Imam al-Tabari wa al-Muhadditsin” -Dar al-Thayyibah, Riyadh 1999- dan telah diterjemahkan secara ringkas oleh Rosihan Anwar dengan judul “ Meluruskan Sejarah Islam, Studi Kritis Peristiwa Tahkim” -Pustaka Setia, Bandung 1999-. 4. Muhammad Asri Zainul Abidin dalam “Pertelingkahan 5. Ibrahim Ali Sya’wat dalam “Kesalahan-Kesalahan Terhadap Fakta-Fakta Sejarah yang Perlu Diperbetulkan Semula” -edisi terjemahan oleh Basri bin Ibrahim; Jahabersa, Johor Bahru 2003-) Setelah peristiwa perang Siffin dan perang Jamal, fitna berlanjut pada terbunuhnya Husain bin Ali radiallahu anhum di tangan pasukan Yazid bin Muawiyyah di Karbala. Berpuas hati dengan semua yang terjadi, mereka kemudian mengangkat Ali bin Husain sebagai khalifah. Pertanyaan yang muncul kemudian, kenapa mesti Ali bin Husain? Mengapa bukan yang lain? Mengapa bukan keturunan Hasan? Oleh para penganut syiah, biasanya menjawab bahwa nama Ali bin Husain-lah yang disebut dalam nash hadits. Padahal, jika kita meneliti hadits-hadits mereka, tidak ada satu sanadpun yang sampai pada Rasulullah saw. Jawaban yang paling masuk akal adalah karena Ali bin Husain berasal dari isteri Husain yang bernama Syahr Banu, seorang putri keturunan Raja Sayangnya, berkat ilmu dan hidayah yang Allah karuniakan pada Ali bin Husain dan keturunannya, mereka semua menolak pengangkatan diri mereka sebagai imam. Mereka berkeyakinan, bahwa imam yang ma’shum dan imam sebagai penentu syariat agama bertentangan dengan ketetapan Allah dan Rasul-Nya. Mereka sangat menghormati Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Utsman bin Affan sebagai tiga khalifah pertama yang memiliki keutamaan dan kemuliaan masing-masing. Namun orang-orang Syiah menolak keyakinan Ali bin Husain dan keturunannya ini, dan untuk melanggengkan aqidah mereka, mereka melakukan banyak kedustaan yang disandarkan pada Ali bin Husain dan keturunannya. Ali bin Husain, berkata tentang orang-orang yang mengaku mengikutinya, “Sesungguhnya mereka menangisi kematian kami, padahal siapakah yang membunuhi kami, kalau bukan mereka?” (Al Mufid, dalam kitab Al-Irsyad, hal. 241). Masalah kemudian muncul ketika keturunan Ali bin Husain terhenti pada Al-Hasan bin Ali bin Muhammad bin Ja’far al-Askari, karena beliau tidak memiliki anak. Untuk mengatasi masalah ini, mereka kemudian menciptakan kebohongan lagi bahwa beliau memilik seorang anak yang sekarang bersembunyi dalam sebuah gua, dan kelak akan muncul sebagai Imam Mahdi di akhir zaman (mengkonpromikan dengan aqidah Ahlu Sunnah). Kebohongan inilah yang kemudian dikenal dengan konsep Imam yang Gaib (Ibrahim Amini “al-Imam al-Mahdi: The Just Leader of Humanity” –Ansariyan Publication, Tehran 1997-). Sayang, tidak semua dari mereka bisa menerima teori ini sehingga setelah wafatnya Al-Hasan bin Ali bin Muhammad bin Ja’far al-Askari mereka terpecah menjadi 14 hingga 20 golongan (Moojan Momen dalam bukunya “ An Introduction to Shi’i Islam” -Yale Univ. Press,1985-, hal. 59). Jadi, sangat jelas bagi kita bahwa sejara munculnya syiah tidak bisa kita lepaskan dari peranan bangsa Kondisi Mutakhir. Namun sangat disayangkan, Ahmadinejad hanya berkoar-koar diberbagai forum dan media, namun kita tidak pernah mendengar ada kesatuan mujahid dari Hal yang lucu, ketika membicarakan perjuangan Ahlu Sunnah para da’i Syiah selalu menunjuk Arab Saudi dengan Raja Suud, seakan-akan hanya Arab Saudi Negara yang berpenduduk mayoritas Ahlu Sunnah. Tapi mereka menutup mata dan telinga dari fakta yang menyatakan bahwa faksi-faksi mujahid yang berjuang di tanah Palestina, Afghanistan, Checnya, Moro, Pattani, dan medan-medan jihad lainnya mayoritas berasal dari Arab Saudi, Mesir, Yaman, Sudan, bahkan Indonesia yang berpenduduk mayoritas Ahlu Sunnah. Mereka juga tidak melihat bagaimana
Jumat, 27 November 2009
Bukan Sekedar Ibnu Saba’!
Diposting oleh
Anwar Abbas...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
5 komentar:
gak menarik... segini aja pemahaman Islam yang anda tahu??? surga itu menjadi semakin sempit dengan dibenarkannya cara pandang anda.. Entah bagaimana anda mampu menyebut article ini sebagai sebuah kajian yang "layak baca" (bagus/menarik).. cara anda menarik kesimpulan saja sudah prematur seperti anak kecil yang mengatakan kalau Santa Clause itu benar adanya.. selamat menikmati masa kanak-kanak anda.. saya yakin anda tidak akan se-objektif itu untuk memasukan komentar saya ini. Karena anda hanya bermodalkan prasangka belaka..
Menarik tidaknya sebuah artikel atau tulisan tergantung siapa yang membacanya, atau dengan kata lain itu adalah sesuatu yang relativ. Tapi bagi saya yang jau8h lebih penting adalah benar tidaknya, ilmiah atau tidak ilmiah, sayang anda tidak meninggalkan alamat blog anda, supaya saya bisa membaca tulisan-tulisan anda yang "menarik"! Perlu anda ketahui, cerita Ramayana dan Mahabarata sangat menarik bagi banyak orang, tapi tidak memilik dasar ilmiah sama sekali!
Kedua, keyakinan anda sudah terbujti salah, buktinya saya berani memasukkan komentar anda yang SANGAT AMAT TIDAK BERMUTU ini! Mudah-mudahan anda bisa membedakan antara prasangka dengan orang yang membawa fakta...
Terakhir, saya minta maaf kalau tulisan-tulisan saya tidak sejalan dengan NAFSU anda!
ini blog wahabi yg lumayan.....(ancuur?), meski demikian tuduhan2 terhadap syiah yg ada sudah berumur beberapa abad dan bantahan dari ulama syiah terhadap tuduhan2 tsb jg sudah berumur beberapa abad jd ini hanya mengulang-ulang saja.
untuk yg ingin mengenal syiah lebih dekat dgn semangat "pencarian sebenar" sila datang ke sumbernya....salah satunya adalah islamsyiah.wordpress.com
adalah tidak adil jika seorang nasrani menghendaki kebenaran agama islam tp bertanya kepada pasturnya.
dan untuk anda pemilik blog ini, jantanlah dengan tidak men-klaim sbg ahlussunnah, karena tulisan2 dan referensi anda serta cara bertutur tidak mungkin berbohong....bahwa anda adalah wahabi yg masih belajar.
semoga dimuat.
Ini kebiasaan orang yang sok tahu!!! Bukannya mengomentari tulisannya, justru mengomentari orang yang membuat tulisannya... Mana bantahan ulama Syiah kalau memang ada? Di islamsyiah.wordpress.com justru menampilkan berita2 aktual dan menyembunyikan aqidah syiah yang sebenarnya... Biasalah, itu kan TAQIYAH...:)
Kalau mau tahu aqidah syiah, saya justru lebih menyarankan membaca web-nya Yayasan Fatimah, tapi sayang sekarang gak bisa di akses... Mungkin kewalahn dan gak bisa menjawab pertanyaan2 yang masuk...:)
Oh ya, blog anda mana? Supaya saya bisa melihat bagaimana hancurnya,,,:)
ternyata dugaan saya benar, filsafat mendukung syiah hingga menjadi kuat dikalangan intelek, tapi sejarawan sejati pasti tahu asal usul syiah sebenarnya, tapi memang sulit mengupas syiah dengan literatur mereka sendiri karena jalur sanadnya berbeda dengan sunnni, sehingga syiah dapat membuat faham mereka sendiri dengan aman, ibaratnya syiah menggunakan port yang berbeda dan firewallnya kuat, susah ditembus
Posting Komentar