Sabtu, 13 November 2010

Narapidana Wanita di Iran Diperkosa Dahulu Sebelum di Eksekusi

Para anggota milisi Basij Iran yang ditakuti, melakukan perkosaan terhadap para tahanan wanita yang masih perawan sebelum para tahanan wanita itu dihukum mati. Mereka yang diperkosa adalah para tahanan wanita yang divonis hukuman mati dan masih perawan. Perkosaan ini adalah "ritual" wajib , kata salah satu anggota milisi Basij tersebut.

salah seorang anggota milisi yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan bahwa ini adalah bagian perintah dari pemimpin tinggi Iran Ali Khameini. Kepada The Jerusalem Post anggota milisi ini mengatakan bahwa pada saat berumur 18 tahun ia pernah diberi "kehormatan" oleh Khameini untuk sementara waktu "menikahi" tahanan wanita muda sebelum mereka dieksekusi.

Di Republik Syiah Iran, adalah ilegal mengeksekusi mati wanita jika ia masih perawan, kata salah satu mantan anggota milisi.

Jadi, pemerintah mengatur pesta "pernikahan" semalam sebelum si tahanan wanita dieksekusi, dan si wanita dipaksa untuk melayani nafsu seksual si laki-laki , lapor situs Fox News.

Setelah digauli suami "barunya", maka si tahanan wanita sudah "halal" untuk dieksekusi.

"Aku sangat menyesal, walaupun pernikahan itu sah dan legal disini", kata mantan milisi tersebut kepada Jerusalem Post.

Beberapa tahanan wanita diberi obat tidur untuk membuat mereka tidak sadar, karena biasanya mereka melawan saat akan diperkosa, mereka lebih takut pada malam pertama mereka daripada saat menghadapi hari eksekusi mereka.

"Aku dengar mereka manangis keras dan berteriak-teriak setelah proses perkosaan itu selesai", kata mantan milisi tersebut. "Aku tidak akan bisa lupa bagaimana salah satu gadis tersebut mencakari wajah dan lehernya sendiri dengan kuku-kukunya setelah ia digauli. Ia mengalami luka parah akibat cakaran kukunya sendiri", tutup mantan militi tersebut.(voa-islam)

Selengkapnya...

Biadab!! Pemerintah Syiah Iran Larang Umat Islam Shalat Idul Fitri

TEHERAN (voa-islam.com): Pihak berwenang Iran telah melarang kaum Sunni di Teheran untuk mengadakan sholat Idul Fitri di rumah-rumah mereka.

Sheikh Abdul Hamid Imam dan khatib Jumat kaum Sunni mencatat bahwa melarang kaum Sunni di Teheran untuk melaksanakan sholat di rumah-rumah merupakan pelanggaran hak-hak hidup mereka yang paling dasar dan tidak pernah terjadi di dunia, beliau bertanya-tanya: Apakah anda pernah melihat satu tempatpun di dunia yang melarang orang sholat di rumah?

Beliau menegaskan tidak akan tinggal diam melihat penghapusan hak-hak agama dan pelanggaran garis merah yaitu mencampuri urusan mazhab ahli sunah, beliau menambahkan: Kami tidak akan tinggal diam melihat pelanggaran urusan-urusan mazhab dan agama kami.

Beliau menambahkan: "Kami merasa sangat kecewa bahwa keinginan dan harapan kami dari revolusi tidak terwujud, seiring dengan berlalunya lebih dari tiga puluh tahun dari revolusi namun diskriminasi sektarian masih ada, dan para pejabat tidak dapat mewujudkan persatuan hakiki dan persaudaraan nasional, dan keseimbangan yang relatif dalam pemberian hak, dan masih ada lagi masalah.

Beliau mengisyaratkan adanya peningkatan tekanan dalam urusan mazhab dalam beberapa tahun terakhir, beliau mengatakan: kami telah bersabar dalam menghadapi semua masalah ini, tapi kami tidak pernah berharap ditimpakan kepada kami tekanan sektarian sampai batas ini yaitu campur tangan sistem dalam masalah agama dan mazhab.

Beliau melanjutkan: "Sebelumnya kami berharap pihak berwenang akan mengizinkan kaum Sunni di Teheran untuk membangun sebuah masjid, mengingat bahwa di semua ibu kota di dunia terdapat satu masjid atau masjid-masjid untuk Syiah dan Sunni, dan kami sangat kecewa bahwa Teheran adalah satu-satunya ibu kota yang tidak ada satupun masjid untuk kaum Sunni, para pejabat tidak ada alasan untuk tidak mengizinkan kaum Sunni membangun masjid atau untuk melarang mereka melaksanakan sholat di rumah mereka atau tempat yang mereka sewa untuk itu.

Selengkapnya...

Enam Saluran Televisi Keagamaan Iran Berasal dari Dalam Israel!

Sebuah laporan yang dikeluarkan oleh situs Sat Age - yang mengkhususkan diri dalam pemantauan terhadap pergerakan satelit di seluruh dunia dan saluran televisi - menyatakan bahwa kehadiran enam saluran televisi keagamaan Iran yang disiarkan ke negara-negara Arab berasal dari Israel dan menambahkan bahwa enam saluran televisi satelit tersebut berada di belakang salah satu perusahaan telekomunikasi terbesar Yahudi.

Surat kabar Al Ahram Mesir menyebut ke enam saluran itu, yaitu: Alul-Bayt, Al-Anwar, Fadak, Hussain, Al-Alamiyah, Al-Ghadie, berada di bawah program AMOS Israel, melalui perusahaan RR Sat Israel, dan memakai kedok bukan saluran keagamaan Syi'ah serta berpura-pura bukan untuk mempropagandakan visi Iran agar bisa meyakinkan publik Arab dan diterima dikalangan masyarakat Sunni Arab.

RR Sat adalah sebuah perusahaan telekomunikasi khusus Israel yang dimiliki oleh pengusaha Yahudi David Rive, dan didirikan pada tahun 1981 di bawah lisensi dari kementerian komunikasi Israel dan sejak Januari 2002 telah memberikan layanan perdagangan melalui satelit untuk radio dan televisi serta serat optik dan internet.

Dan yang mengepalai manajemen perusahaan sejak April 2001 adalah Ramot Gilead, salah seorang petinggi militer di Pasukan Pertahanan Udara pendudukan Israel.

Menurut surat kabar Al-Ahram, saluran keagamaan Syi'ah ini berusaha memberikan 'penyadaran' bahwa keberadaan Al-Quran yang asli dan benar ada di Persia sedangkan Al-Quran yang beredar saat ini diseluruh dunia yang telah berusia 1400 tahun dan yang ada di tangan kaum muslimin Sunni adalah Al-Quran yang salah.

Saluran ini juga bekerja untuk menciptakan pikiran agar masyarakat Arab menerima doktrin Syiah dalam rangka seperti apa yang Khomeini serukan pada awal revolusi Iran sekitar tiga puluh tahun lalu sebelum akhirnya revolusi Syi'ah itu dieskpor Khomeini ke seluruh bagian dunia.

Al-Ahram juga menunjukkan bahwa apa yang terjadi ini dapat menghubungkan adanya kaitan antara Iran dan Israel dalam ruang media.(Era Muslim)

Selengkapnya...

Sabtu, 16 Oktober 2010

Ahmadinejad, menghina sahabar Rasulullah. Syaikh Al-Azhar: Yang Menghina sahabat Nabi Kafir!

Hinaan Ahmadinejad
Di tengah eforia kemenangannya dalam pemilu Iran yang baru saja digelar, Ahmadinejad sebelumnya mengeluarkan pernyataan yang terang-terangan menghina dua orang sahabat Rasulullah Muhammad saw.

Kecaman dan hinaan Ahmadinejad itu—lebih gila lagi—disampaikan dalam sebuah acara televisi secara langsung di Shabaka 3, saluran televisi Iran, hanya beberapa hari sebelum pelaksanaan pemilu Iran.

Seperti yang diketahui, Iran yang berbasis Syiah ini—salah satu aliran Islam yang dianggap menyimpang—sudah sejak lama mempersempit ruang gerak para jamaah ahli Sunnah (kaum Sunni). Di bawah kepemimpinan Ahmadinejad, bahkan para jamaah Sunni mengalami penderitaan yang belum pernah dialami sejak Revolusi Rafidi Khomeini.

Dalam acara itu, Ahmadinejad dengan lugas mengatakan bahwa Talhah dan Zubair adalah dua orang pengkhianat. “Talhah dan Zubair adalah dua orang sahabat Rasul, tapi setelah kepergian Rasul, mereka berdua kembali kepada ajaran sebelumnya dan mengikuti Muawiyah!”

Padahal dalam sejarah, Talhah dan Zubair, dua orang sahabat Rasul itu, tak pernah bertempur dengan Muawiyah, karena keduanya meninggal lama sebelum peperangan Jamal di tahun ke-36 kekhalifahan Islam di mana Muawiyah menjadi rajanya.

Pernyataan Ahmadinejad ini sudah jelas kemana arahnya, yaitu membuat sebuah perbandingan atas sahabat Rasul dulu dengan kejadian politik saat ini di Iran—berkaitan dengan rivalnya Mousavi. Sebelumnya, Ahmadinejad sudah sangat sering menghina sekitar 15 juta penganut Sunni di Iran. Bahkan, pendahulu Ahmadinejad, Rafidi menghina dan menganggap remeh alias menyepelekan 90% Muslim seluruh dunia.

Namun demikian, masih banyak juga pihak atau pengagum Rafidi dan pengingkar sahabat Rasul lainnya seperti Ahmadinejad ini. Mereka adalah orang yang tidak menyadari gerakan Syiah atau mereka yang tak mau memahami rejim 12 Imam ini yang merupakan musuh terbuka terhadap para sahabat Rasul. (Era Muslim)

Dr. Muhammad Sayid Tantawi: Penghina sahabat Nabi, diluar Islam!!!

Dr. Muhammad Sayid Tantawi, Syaikhul Azhar menyatakan bahwa dirinya meyakini bahwa menghina dan mencela salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW secara sengaja adalah diluar Islam.

Menurut surat kabar Mesir "Al-Yaumu Sabt" mengutip pernyataan pimpinan lembaga tertingi otoritas keagamaan Sunni tersebut menyatakan bahwa dirinya telah mengkonfirmasikan, dia akan meminta kepada para ulama-ulama Al-Azhar serta lembaga penelitian Islam Al-Azhar untuk mendukung rekomendasi tersebut.

Syaikh Tantawi berkata dalam pembukaan konferensi tahunan yang ke empat belas dari Majma Buhuts Al-Islami - lembaga riset Islam Al-Azhar: "Tidak bisa diterima ada orang yang menghina dan mencela salah satu sahabat Nabi. Dan konferensi ini diadakan untuk membahas kedudukan sahabat Nabi Radiallahu Ajmain dalam kaca mata Islam berdasarkan Al-Quran dan Sunnah."

Tujuan dari konferensi yang bertajuk "Ashahabatur Rasul SAW" (Para Sahabat Nabi Muhammad SAW) untuk mengkaji kedudukan sahabat Nabi dalam Islam serta menolak kecaman serta serangan Syi'ah terhadap para sahabat, yang dipaparkan oleh berbagai ulama dari dalam Mesir sendiri maupun dari luar negeri. (Voice of Al-Islam)

Selengkapnya...

Minggu, 03 Oktober 2010

Yasir Habib Sang Penista Sahabat Nabi dan Ummul Mukminin Aisyah

Dalam beberapa waktu terakhir ini, umat Islam harus mengalami berbagai tragedi dan goncangan hebat akibat serangkaian aksi berupa sikap atau pernyataan yang melecehkan Islam dan umat Islam. Setidaknya dalam bulan September lalu, goncangan itu datang dari dua orang yaitu pastor Terry Jones yang menyerukan hari pembakaran Al-Quran pada peringatan kesembilan peristiwa 9/11 dan dari Yasir Habib seorang da'i dan ulama Syi'ah kondang yang sekarang bermukim di London.

Kita tidak akan mencoba membongkar siapa itu Terry Jones, karena sosoknya telah terkenal di mana-mana setelah aksi dan ide gilanya yang menyerang Islam secara terang-terangan.

Mengenal sosok Yasir Habib

Pria kelahiran Kuwait tahun 1979 ini, menjadi semakin terkenal setelah ceramah-ceramahnya di London secara terang-terangan menghina Ummul mukminin Aisyah. Sosok Ummul Mukminin Sayyidah Aisyah, RA ia tuduh dengan tuduhan yang "tidak-tidak". Dalam tuduhannya itu, Habib bahkan telah melanggar batas-batas etika.

Yasir Habib adalah seorang da'i dan ulama muda Syi'ah yang berasal dari Kuwait. Pada bulan Desember tahun 2004, dirinya bermigrasi ke London Inggris. Sebelumnya pada bulan November tahun 2003, ia pernah ditangkap dan dipenjara selama satu tahun oleh pemerintah Kuwait atas tuduhan 'mengutuk' sahabat terkemuka dan istri Rasulullah, Abu Bakar, Umar dan Aisyah Radiallahuanhum, sehubungan dengan rekaman ceramah tertutup pribadinya.

Pada bulan Februari 2004 dia dibebaskan di bawah pengampunan tahunan yang diumumkan oleh Amir Kuwait pada kesempatan Hari Nasional negara, tetapi kemudian ditangkap kembali beberapa hari kemudian. Yasir al-Habib kemudian 'melarikan diri' dari Kuwait sebelum ia dijatuhi hukuman in absentia untuk hukuman 25 tahun penjara.

Menjelang akhir September, pemerintah Kuwait mencabut hak kewarganegaraan Yasir Habib selain alasan penghinaan terhadap para sahabat dan istri Rasulullah, ia juga memiliki kewarganegaraan ganda Kuwait-Inggris yang menurut aturan pemerintah Kuwait hal tersebut terlarang.

Masih menjelang akhir September, pemerintah Kuwait telah meminta pihak interpol untuk menangkap Yasir Habib dan menyerahkannya ke Kuwait untuk diadili. "Kami terpaksa meminta interpol bertindak berdasarkan permintaan dari jaksa penuntut umum Kuwait untuk membawa Habib ke pengadilan di Kuwait," kata menteri dalam negeri Kuwait Syaikh Jabir Al-Khalid pada waktu itu.

Namun ada yang menarik dari kasus Yasir Habib ini, para ibu di Maroko banyak memberikan nama anak perempuan mereka yang baru lahir dan akan lahir dengan nama Aisyah, merujuk kepada nama istri Rasulullah yang telah dinistakan oleh Yasir Habib. Para ibu tersebut menyatakan bahwa tindakan mereka ini sebagai jawaban sederhana atas penghinaan Habib terhadap ummul mukminin Aisyah, Ra.

Bahkan situs Mafkarah Islam, memuat sebuah tulisan yang berjudul Yasir Habib: Salman Rushdi Baru. Penulis artikel tersebut terang-terangan menyamakan Yasir Habib dengan Salman Rushdi sang penghina Islam tersebut. Menurut penulis, tujuan utama dari penyerangan Habib terhadap citra dan sosok Sayyidah Aisyah, Ra itu sendiri salah satunya adalah untuk menjungkirkan kredibilitas Alqur'an yang diimani umat Muslim sebagai kitab suci dan petunjuk mereka. Tentu saja, perlakuan semacam ini hanya akan dilakukan oleh orang-orang yang tidak mengimani dengan apa yang telah Allah turunkan dalam kitab suci tersebut, juga oleh orang-orang non-Muslim.

Namun ada fenomena yang menarik dari tragedi penghinaan Yasir Habib terhadap ummul mukminin Aisyah, Ra. Jika pada kasus pastor Terry Jones yang berencana hendak membakar kitab suci umat Islam Al-Quran mendapat banyak kecaman dari seluruh kalangan umat di dunia bahkan dari Vatikan dan dewan gereja Amerika, namun kasus penyerangan terhadap sosok Sayyidah Aisyah yang dilakukan oleh Habib justru tidak mendapat reaksi apa-apa dari para petinggi Syi'ah.

Hal tersebut menunjukkan jika para petinggi Syiah sebenarnya merasa rido dan setuju atas apa yang dikatakan oleh Habib. Jika tidak, maka dengan apa lantas kita bisa menafsirkan sikap diam mereka? Dan dengan demikian pula, lalu apa bedanya antara Yasir Habib dengan Salman Rushdi? Mereka berdua sama-sama telah melecehkan Islam.

Banyak fakta yang menyebutkan bahwa kalangan Syi'ah sangat membenci sahabat-sahabat utama Rasulullah seperti Abu Bakar, Umar dan yang lainnya berikut penghinaan mereka terhadap ummul mukminin Aisyah, Ra. Namun herannya masih banyak orang di kalangan umat ini yang masih 'berbaik sangka' dengan Syi'ah setelah apa yang telah mereka lakukan terhadap tokoh-tokoh yang terhormat di mata umat Islam ini.

Bahkan mereka bisa sangat tersinggung dan murka bila 'tokoh-tokoh' Syi'ah dilecehkan namun di sisi lain mereka tenang-tenang saja mendengar dan membaca serta mengetahui jika kalangan Syi'ah dengan tanpa perasaan menyebut ummul mukminin Aisyah sebagai pelacur, atau menyebut Abu Bakar dan Umar sebagai penjahat dan sebagainya.

Untuk hal ini ada beberapa kemungkinan yang bisa kita simpulkan, kemungkinan pertama karena jahil (bodoh) tentang ajaran agama Islam, kemungkinan kedua mereka bukan Islam dan kemungkinan terakhir adalah mereka adalah pengikut Syi'ah itu sendiri! Wallahu a'lam. (Era Muslim)

Selengkapnya...

Al-Azhar Tolak Serial TV tentang Nabi Yusuf Buatan Iran

Al-Azhar Mesir menyerukan pelarangan serial televisi Iran yang mengangkat cerita tentang Nabi Yusuf dengan alasan bahwa hal itu melanggar larangan untuk meniru nabi dalam Islam.
Pusat Riset Islam (CIR), yang berafiliasi dengan al-Azhar, institusi terkemuka di dunia Islam Sunni, menyuarakan keberatan mereka terhadap serial televisi Iran Yusuf al-Siddiq (Yusuf, yang Jujur) yang ditayangkan di Melody Drama pada saluran tv satelit Mesir Nile Sat .
CIR menyatakan keberatannya tersebut dalam pertemuan bulanan Kamis lalu dengan menyatakan keprihatinan mereka tentang adanya visualisasi peniruan para nabi dan menyatakan keberatan mereka pada serial tv baru Iran tersebut kata Sekretaris Jenderal CIR Syaikh Ali Abdul Baqi.
"Kami menolak penayangan serial tv ini pada setiap saluran TV Mesir sesuai dengan keputusan sebelumnya yang diambil oleh CIR yang melarang peniruan atau visualisasi nabi dalam drama TV," katanya kepada Al Arabiya.
Meskipun adanya seruan untuk melarang acara itu, Abdul Baqi menjelaskan bahwa keputusan yang dibuat oleh anggota CIR tidak wajib.
"Peran CIR adalah untuk mengeluarkan rekomendasi dan memberikan penjelasan, namun kita tidak bisa memaksakan pelarangan serial tersebut."
Peniruan berupa visualisasi dari semua nabi adalah dilarang dalam Islam, kata anggota CIR Dr Muhammad Rafaat Utsman.
"CIR telah membuat pernyataan ini 30 tahun yang lalu ketika sutradara Mustafa al-Akkad mengajukan naskah film al-Risalah (The Message) yang beberapa adegan ingin menampilkan sahabat utama nabi," katanya kepada Al Arabiya.
"Sejak itu, sikap kami tidak berubah."
Utsman menunjukkan bahwa serial tv Iran tersebut melanggar aturan ini dengan memvisualisasikan nabi Yusuf dan Yakub ayahnya serta malaikat Jibril.
"Faktanya bahwa serial Iran ini tidak membuat tindakan apapun yang dilarang negara. Tugas kita adalah melobi untuk menerapkan aturan ini terlepas dari negara. "
Utsman menjelaskan bahwa melarang peniruan terhadap nabi adalah fatwa yang tetap sejak aktor yang memainkan peran mereka (para nabi) tidak akan pernah bisa menggambarkan karakter sebenarnya.
CIR telah tegas menolak setiap peniruan terhadap Nabi Muhammad, keluarganya, atau sahabatnya. Misalnya, CIR telah menolak permintaan perusahaan Amerika untuk membuat film dokumenter tentang informasi genetik nabi dan menolak untuk menyetujui sebuah serial TV Mesir tentang al-Hassan dan al-Hussein, cucu nabi yang merupakan anak Ali bin Abi Thalib.(Era Muslim)

Selengkapnya...

Minggu, 05 September 2010

Kaum Loyalis Kepada Syetan

Tahukah Anda bahwa di antara umat manusia terdapat orang-orang yang menjadikan syetan sebagai pemimpinnya? Mereka menyerahkan loyalitas kepada syetan sedemikian rupa sehingga lambat laun syetan berhasil berkuasa atas orang-orang itu. Akhirnya orang-orang yang menyerahkan loyalitasnya kepada para syetan menjadi bagian dari hizbusy-syaithan (pasukan syetan atau partai syetan). Na’udzubillahi min dzaalika..!

Di antara ciri-ciri mereka yang berpemimpin syetan ialah orang-orang yang ketika membaca Kitabullah Al-Qur’anul Karim tidak mengawali dengan memohon perlindungan kepada Allah dari syetan yang terkutuk (membaca ta’aawudz). Itulah yang membedakan mereka dengan orang-orang beriman. Orang-orang beriman senantiasa mengawali bacaan Al-Qur’an dengan memohon perlindungan Allah untuk dirinya dari godaan syetan yang tekutuk.

فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

إِنَّهُ لَيْسَ لَهُ سُلْطَانٌ عَلَى الَّذِينَ آمَنُوا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

إِنَّمَا سُلْطَانُهُ عَلَى الَّذِينَ يَتَوَلَّوْنَهُ وَالَّذِينَ هُمْ بِهِ مُشْرِكُونَ

”Apabila kamu membaca Al Qur'an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syetan yang terkutuk. Sesungguhnya syetan ini tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakal kepada Tuhannya. Sesungguhnya kekuasaannya (syetan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah.” (QS An-Nahl ayat 98-100)

Mengapa mereka merasa tidak perlu memohon perlindungan Alah dari syetan terkutuk ketika mengawali bacaan Al-Qur’an? Di antara sebabnya karena mereka sendiri tidak percaya bahwa Al-Qur’an sungguh-sungguh merupakan Kitabullah, Kitab Suci yang datang dan bersumber dari Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Mereka perlakukan Al-Qur’an sebagai sebuah buku biasa karya manusia biasa, bahkan seperti yang diutarakan oleh salah seorang pegiat Jaringan Islam Liberal, Al-Qur’an merupakan sebuah buku sejarah kebudayaan bangsa Arab karya manusia Arab untuk kepentingan kultural budaya Arab semata. Al-Qur’an sebagai sebuah teks, menurut Nasr Hamid Abu Zayd, pada dasarnya adalah produk budaya. (Tekstualitas Al-Qur’an, 2000).

Oleh karenanya para aktifis JIL menganggap sah-sah saja bila Al-Qur’an ditafsirkan dengan metode Hermeneutika, yaitu sebuah metode interpretasi liberal terhadap Al-Qur’an sebagaimana diterapkan oleh kaum Nasrani dalam menginterpretasi Kitabullah Injil alias Bibel.

Selain itu, kaum loyalis kepada syetan ialah mereka yang mempersekutukan Allah. Sebab mereka sangat berbeda dengan kaum beriman yang benar-benar beriman kepada Rabbnya yaitu Allah Subhaanahu wa Ta’aala dan bertawakkal kepadaNya. Pengertian bertawakkal kepada Allah ialah kaum beriman sangat mengandalkan apa-apa yang merupakan petunjuk dan arahan dari Allah.

Sedemikian rupa ke-tawakkal-an kaum beriman kepada Allah sehingga mereka tidak rela bila harus menjalani hidup, baik secara personal maupun sosial, di dalam naungan aturan dan hukum selain hukum Allah.

Sementara kaum loyalis kepada syetan sangat rela bahkan yakin bahwa kehidupan pribadi maupun bermasyarakat dan bernegara berdasarkan aturan dan hukum bikinan manusia alias bukan hukum Allah, merupakan jalan hidup yang sah-sah saja. Berarti mereka tidak benar-benar mau ber-tawakkal kepada Allah.

Mereka enggan untuk mengandalkan arahan dan petunjuk ilahi dalam menempuh kehidupan pribadi, bermasyarakat dan bernegara. Mereka lebih yakin dan mengandalkan diri mereka sendiri dalam menata kehidupan pribadi dan sosialnya.

Padahal Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam mengajarkan doa agar kita tidak mengandalkan diri sendiri dalam hidup, namun harus mengandalkan Allah semata. Bertawakkal kepada Allah. Sebab bertawakkal kepada selain Allah merupakan salah satu bentuk mempersekutukan Allah dengan sesuatu selain Dia. Sikap itu merupakan sikap seorang musyrik..!

ياَ حَيُّ ، يَا قَيُّومُ ، بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيثُ ، أَصْلِحْ لِي شَأْنِي كُلِّهِ ،

وَلَا تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَةَ عَيْنٍ ، وَلَا إِلَى أَحَدٍ مِنَ النَّاسِ

“Wahai Allah Yang Maha Hidup, wahai Allah Yang Senantiasa Mengurusi, tidak ada tuhan selain Engkau, dengan rahmatMu aku memohon pertolongan, perbaikilah keadaan diriku seluruhnya dan jangan Engkau serahkan nasibku kepada diriku sendiri (walau) sekejap mata, tidak pula kepada seorang manusiapun.” (HR Thabrani 445)

Dewasa ini kita hidup dalam sebuah zaman dimana kebanyakan orang menganggap bahwa bertawakkal kepada Allah hanya dalam urusan ketika sudah menghadapi masalah dalam hidup. Itupun ke-tawakkal-an dalam bentuk memohon kepada Allah pertolongan saat diri telah tenggelam dalam kesulitan hidup seperti jatuh miskin atau sakit berat atau kehilangan sesuatu stau seseorang yang sangat dicintainya. Sedangkan sewaktu dia berjaya dia tidak pernah peduli untuk hidup dengan mengikuti petunjuk ilahi dan mematuhi aturan serta hukum Allah.

Ia bangga dan sangat percaya diri hidup berdasarkan hawa nafsu pribadinya dan mematuhi aturan dan hukum selain yang datang dari Allah Subhaanahu wa Ta’aala. Mereka enggan untuk menjadikan ajaran Allah, Al-Islam, sebagai jalan hidup. Mereka lebih bangga dan percaya diri untuk menata kehidupan berdasarkan berbagai ideologi buatan manusia seperi demokrasi, nasionalisme, humanisme, liberalisme, materialisme dan sekularisme. Padahal sikap demikian menunjukkan absennya ke-tawakkal-an kepada Allah.

Dan barangsiapa yang tidak tawakkal kepada Allah berarti sama saja dengan mempersekutukan Allah dengan sesuatu selainNya alias memproklamirkan diri sebagai bagian dari kaum musyrikin. Dan menjadi bagian dari kaum musyrikin sama saja dengan menjadi loyalis kepada syetan, fihak yang semestinya seorang beriman bermusuhan dengannya dan tidak berkompromi sedkitpun dengannya.

إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا

إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ

”Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh (mu), karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (QS Faathir ayat 6)

اسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ الشَّيْطَانُ فَأَنْسَاهُمْ ذِكْرَ اللَّهِ أُولَئِكَ

حِزْبُ الشَّيْطَانِ أَلا إِنَّ حِزْبَ الشَّيْطَانِ هُمُ الْخَاسِرُونَ

”Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah hizbusy-syaithan (pasukan/golongan/partai syetan). Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbusy-syaithan itulah golongan yang merugi.” (QS Al-Mujaadilah ayat). (era Muslim)

Selengkapnya...

Senin, 24 Mei 2010

Hadits Manzilah…

Yang dimaksud dengan hadits manzilah adalah sabda Rasulullah kepada Ali bin Abi Thalib, “Engkau di sisiku seperti halnya Harun di sisi Musa, hanya saja tidak ada nabi setelahku!”

Hadits ini terdapat dalam kitab shahih Bukhari dan Muslim, serta dalam beberapa kitab hadits yang lain. Oleh penganut agama Syiah Rafidah, hadits ini dijadikan salah satu hujjah untuk membuktikan bahwa Ali bin Abi Thalib adalah pemegang hak khilafah setelah Rasulullah. Benarkah demikian? Menurut para ulama hadits yang mengkaji hadits ini, hadits ini statusnya shahih, sempurna secara sanad maupun matannya (Ini adalah salah satu bukti keadilan ulama-ulama Ahlu Sunnah, mereka menulis dan mesahihkan hadits ini karena konsisten dengan metode yang mereka gunakan dalam mengkaji sebuah hadits, walaupun hadits itu berpeluang digunakan oleh musuh-musuh Islam tuk menyerang Islam). Hadits ini diucapkan oleh Rasulullah ketika beliau hendak meninggalkan Madinah tuk perang Tabuk dan mengangkat Ali bin Abi Thalib sebagai pengganti sementaranya (pemegang mandat) di Madinah. Hal seperti ini lazim dilakukan oleh Rasulullah ketika akan meninggalkan Madinah untuk berbagai kepentingan. Jadi Rasulullah menunujuk Ali sebagai pengganti sementara, bukan khalifah setelah Rasulullah. Ada beberapa hal yang harus dicermati dalam hadits ini:

1.Samanya kedudukan Ali bin Abi Thalib di sisi Nabi dengan kedudukan Harun di sisi Musa dalam hal sebagai pengganti sementara saja, dan tidak bersifat umum. Sebab jika dianggap umum, maka kita harus menganggap Ali sebagai Nabi, sebagaimana Harun adalah seorang Nabi. Dan itu adalah sesuatu yang tidak mungkin, karena Nabi menegaskan diujung hadit tersebut, “…, hanya saja tidak ada Nabi setelahku!”

2. Zhahir hadits ini menetapkan bahwa Ali adalah pengganti sementara Nabi selama beliau berada di Tabuk, sebagaimana Harun menjadi pengganti sementara Musa selama 40 hari ketika Musa hendak menghadap Allah. Musa berkata kepada Harun, “Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku.” (QS. Al-A’raf: 142)

3. Mengapa Rasulullah mengucapkan hadits itu? Kenapa Rasulullah tidak mengucapkan itu ketika meminta sahabat lain yang menggantikannya? Karena Rasulullah hendak mengukuhkan hati Ali yang agak keberatan dengan tugasnya itu. Ali memandang, tugas itu merendahkan dirinya, karena ia tidak diikutkan dalam jihad bersama sahabat-sahabat Rasulullah yang lain. Ia harus tinggal di Madinah bersama wanita dan anak-anak, serta orang-orang yang mendapat izin untuk tidak ikut berjihad. Inilah ego seorang perindu syahid.

4. Apakah dengan hadits ini, Ali menjadi lebih utama dari Abu Bakar dan Umar? Hadits ini menunjukkan bahwa Ali adalah salah seorang sahabat Nabi yang mulia, utama, dan agung. Tapi dalam kitab yang sama, dalam shahi Bukhari dan Shahih Muslim, terdapat sebuah hadits yang menceritakan ketika Rasulullah sedang berdiskusi dengan Abu Bakar dan Umar untuk menyikapi tawanan perang. Ketika Rasulullah meminta pendapat Abu Bakar, ia mengusulkan tuk membebaskan tawanan tersebut dengan meminta tebusan. Sedangkan ketika Rasulullah meminta pendapat Umar, ia mengusulkan agar tawanan-tawanan tersebut dihukum mati saja. Mendengar usul kedua sahabatnya, Rasulullah bersabda, “Akan kuceritakan dua orang yang sepadan dengan kamu. Engkau wahai Abu Bakar, sama dengan Ibrahim ketika ia berkata: Barangsiapa mengikutiku, ia termasuk golonganku. Barang siapa durhaka kepadaku, sesungguhnya Tuhan Maha Pengampun dan Maha Pengasih. (QS. Ibrahim: 36) Engkau juga seperti Isa ketika ia berkata: Jika Engkau menyiksa mereka, sesungguhnya mereka adalah hambaMu. Dan jika Engkau mengampuni mereka, sesungguhnya engkau Maha Mulia dan Maha Bijaksana. (QS. Al-Mai’dah: 118) Adapun engkau wahai Umar, sama seperti Nuh ketika ia berkata: Ya Tuhanku, janganlah engkau biarkan seorangpun diantara orang kafir tinggal di atas bumi. (QS. Nuh: 26) Engkau juga seperti Musa ketika ia berkata: Ya Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka, sehingga mereka tidak beriman sampai mereka melihat siksaan yang pedih. (QS. Yunus: 88)” Perhatikan hadit tersebut, Abu Bakar As-Siddiq seperti Ibrahim dan Isa, Umar bin Kahattab seperti Nuh dan Musa, lalu Ali seperti seperti Harun. Silahkan berkesimpulan sendiri…:)

5. Kedudukan Ali di Madinah sebagai pemimpin betul-betul bersifat sementara. Terbukti, sekembalinya dari perang Tabuk, Nabi telah memberikan tugas lain padanya, yakni bersama Abu Bakar ia diutus untuk membatalkan beberapa perjanjian pada tahun ke-9 Hijriah. Setelah Ali dan Abu Bakar kembali dari tugasnya, ia kembali diutus ke Yaman, sebagaimana beliau mengutus Mu’adz dan Abu Musa. Ali beserta rombongannya, baru kembali dari Yaman ketika Rasulullah mengadakan perjalan untuk ibadah Haji (Haji Wada’) pada tahun ke-10 Hijiriah. Ali menemui Rasulullah di Makkah, yang kemudian dalam perjalan pulang diwarnai dengan peristiwa Ghaidir Kum. (Baca tulisan berjudul: Fakta Ghaidir Kum… dalam blog ini!)

6. Hadits ini hanya diucapkan sekali oleh Rasulullah, hanya ketika menjelang peristiwa Perang Tabuk, dan tidak pernah diulangi setelahnya. Banyak hadits yang menceritakan tentang Rasulullah mengulang kata-kata tersebut, terutama dalam “hadits-hadits persaudaraan”, tapi hadits-hadits tersebut lemah dari segi sanad bahkan beberapa diantaranya mursal, sehingga para ulama hadits menghukuminya dhaif bahkan maudhu’.

Wallahu A’lam…

Selengkapnya...

Jumat, 21 Mei 2010

Materialisme Versus Islam

Oleh: Ihsan Tandjung

Salah satu fitnah zaman modern dewasa ini ialah merebaknya ideologi materialisme. Ideologi ini berdasarkan gagasan bahwa materi, harta atau kekayaan merupakan tolok ukur mulia tidaknya seseorang. Semakin kaya seseorang berarti ia dipandang sebagai orang mulia dan semakin sedikit materi atau harta yang dimilikinya berarti ia dipandang sebagai seorang yang hina dan tidak patut dihormati. Maka di dalam sebuah masyarakat yang telah diwarnai materialisme setiap anggota masyarakat akan berlomba mengumpulkan harta sebanyak mungkin dengan cara bagaimanapun, baik itu jalan halal, syubhat maupun haram.

Dalam sebuah masyarakat berideologi materialisme semua orang manjadi sangat iri dan berambisi menjadi kaya setiap kali melihat ada orang berlimpah harta lewat di tengah kehidupan mereka. Persis sebagaimana masyarakat Mesir di zaman hidupnya seorang tokoh kaya-raya bernama Qarun digambarkan di dalam Al-Qur’an.

فَخَرَجَ عَلَى قَوْمِهِ فِي زِينَتِهِ قَالَ الَّذِينَ يُرِيدُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا

يَا لَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَا أُوتِيَ قَارُونُ إِنَّهُ لَذُو حَظٍّ عَظِيمٍ

”Maka keluarlah Qarun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: "Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar".(QS Al-Qashshash ayat 79)

Zaman kita dewasa inipun keadaannya sangat mirip dengan zaman Qarun tersebut. Berbagai kemewahan tokoh kaya, selebritis, artis, olahragawan dan pejabat dipertontonkan di televisi dan media lainnya sehingga masyarakat berdecak kagum dan tentunya menjadi iri dan berambisi ingin menjadi hartawan seperti mereka pula. Sedemikian kuatnya ambisi tersebut terkadang muncullah berbagai kasus mengerikan di tengah masyarakat. Sebut saja munculnya perdagangan bayi, penjualan organ tubuh, pelacuran, korupsi, pencurian, perampokan dan pengkhianatan para pejuang yang semestinya berada di jalan Allah. Semua dilakukan karena terbuai dengan mimpi ingin secara instan menjadi seorang yang kaya.

Bardasarkan hal ini pantaslah bilamana teladan kita Rasulullah Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam mengajarkan kita suatu prinsip penting dalam hal menghindari berkembangnya kemungkinan faham materialisme di tengah masyarakat. Nabi shollallahu ’alaih wa sallam justeru mengajarkan ummat Islam agar senantiasa rajin memandang kepada kalangan yang kurang beruntung secara materi daripada diri kita sendiri. Hal ini diharapkan akan menumbuhkan rasa syukur dan ridha atas pemberian Allah.

انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ

هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ

“Pandanglah orang yang lebih rendah daripada kalian, dan janganlah memandang orang yang di atas kalian. Maka yang demikian itu lebih layak untuk dilakukan agar kalian tidak menganggap remeh akan nikmat Allah yang telah dianugerahkan kepada kalian.” (HR Muslim)

Betapa dalamnya pesan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam di atas. Andaikan setiap kita berpegang teguh kepada prinsip di atas niscaya masyarakat akan terhindar dari ideologi materialisme. Tidak mungkin akan muncul suatu anggapan bahwa harta merupakan tolok ukur kemuliaan seseorang. Setiap orang akan senantiasa rajin mensyukuri segenap karunia Allah yang telah diterimanya. Islam mengajarkan bahwa tolok ukur kemuliaan sejati ialah taqwa seseorang kepada Allah.

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ

”Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu”. (QS Al-Hujurat ayat 13)

Allah tidak pernah berfirman: ”Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling berharta di antara kamu”. Tidak...! Allah jelas tegas menyatakan bahwa taqwa merupakan tolok ukur sesungguhnya mulia-hinanya seseorang di mata Allah. Semakin bertaqwa seseorang berarti semakin mulia dirinya di sisi Allah. Dan sebaliknya semakin tidak bertaqwa seseorang berarti semakin hinalah dirinya di mata Allah Yang Maha Mulia. Dan perkara ini tidak berkaitan dengan banyak-sedikitnya harta yang dimiliki orang tersebut. Bisa jadi seseorang berharta sedikit atau banyak, asalkan ketqwaannya kepada Allah memang tinggi, berarti mulialah dirinya di sisi Allah. Sebaliknya, berapapun kekayaan atau kemisikinan seseorang, bilamana ketaqwaannya kepada Allah sangat tipis, apalagi tidak ada samasekali, berarti orang tersebut hina di dalam pandangan Allah. Taqwa merupakan timbangan sejati bernilai atau tidaknya seseorang dalam pandangan Allah yang Maha Tahu dan Maha Teliti PengetahuanNya.

Maka hadits riwayat Imam Muslim di atas sudah semestinya menjadi pegangan seorang beriman. Hendaklah bila sudah menyangkut urusan harta dan kekayaan seorang muslim janganlah memandang silau kepada orang yang berada di atas dirinya. Tapi sepatutnya ia bersibuk memandang mereka yang lebih rendah daripada dirinya sehingga rasa syukur dan ridha akan pemberian Allah senantiasa terpelihara di dalam dirinya. Bila ia sibuk memandang kepada mereka yang lebih kaya daripada dirinya, niscaya yang muncul adalah keluhan dan ketidakpuasan akan pemberian Allah kepada dirinya. Maka di zaman Qarun hidup ada sebagian masyarakat Mesir yang tetap bersikap benar dalam memandang Qarun. Mereka inilah yang disebut Allah di dalam Al-Qur’an sebagai orang-orang yang berilmu dan mereka sangat faham akan hakekat kemuliaan dan kehinaan di dalam kehidupan fana ini.

وَقَالَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَيْلَكُمْ ثَوَابُ اللَّهِ خَيْرٌ

لِمَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا وَلا يُلَقَّاهَا إِلا الصَّابِرُونَ

“Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu kecuali oleh orang-orang yang sabar".(QS Al-Qashshash ayat 80)

Orang-orang yang berilmu sangat sadar bahwa pahala dari Allah karena iman dan amal sholeh seseorang, jauh lebih utama dan berharga daripada sekedar harta dan kekayaan duniawi seperti yang dikumpulkan oleh seorang Qarun. Itulah sebabnya tatkala pada akhirnya Allah mencabut hak kekayaan Qarun dengan mendatangkan bencana yang menghancurkan segenap kekayaan dan diri Qarun, barulah kaum awam yang jahil alias bodoh atau sempit wawasan itu memahami dan menyadari betapa bodohnya diri mereka karena tergiur menginginkan seperti yang dimiliki oleh Qarun.

فَخَسَفْنَا بِهِ وَبِدَارِهِ الأرْضَ فَمَا كَانَ لَهُ مِنْ فِئَةٍ يَنْصُرُونَهُ

مِنْ دُونِ اللَّهِ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُنْتَصِرِينَ وَأَصْبَحَ الَّذِينَ

تَمَنَّوْا مَكَانَهُ بِالأمْسِ يَقُولُونَ وَيْكَأَنَّ اللَّهَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ

لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَوْلا أَنْ مَنَّ اللَّهُ عَلَيْنَا

لَخَسَفَ بِنَا وَيْكَأَنَّهُ لا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ

Maka Kami benamkanlah Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golongan pun yang menolongnya terhadap azab Allah. dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya). Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Qarun itu. berkata: "Aduhai. benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah)". (QS Al-Qashshash ayat 81-82)

Sosok Qarun dan siapapun yang memiliki mental dan sikap seperti dia, adalah sosok yang mengingkari nikmat Allah. Mereka menyangka bahwa kekayaan yang mereka kumpulkan merupakan hasil prestasi dirinya dan tidak ada kaitan dengan Allah yang Maha Menentukan pembagian rezeki manusia. Mereka tidak pernah besyukur kepada Allah akan rezeki yang diterima. Dan mereka tidak pernah memohon rezeki kepada Allah saat dirinya sedang mengalami kesulitan rezeki. Mereka hanya mengandalkan kemampuan dirinya sendiri dalam urusan materi. Mereka inilah kaum yang berideologi materialisme. Sungguh mateialisme tidak sama dengan Islam. Bersyukurlah kita orang beriman memiliki iman dan islam sebagai pegangan hidup. Alhamdulillahi rabbil-’aalamiin.- (Era Muslim)


Selengkapnya...

Empat Hal Menyebabkan Su’ul Khatimah

Oleh: Ihsan Tandjung

Dalam kitab Ensiklopedia Kiamat (aslinya: al-Yaum al-Akhir:al-Qiyamah ash-Shughra wa ‘Alamat al-Qiyamah al-Kubra), Dr Umar Sulaiman al-Asyqar menulis pasal khusus berjudul “Hal-hal Yang Menyebabkan Su’ul Khatimah (akhir kehidupan yang buruk)”. Di dalamnya beliau menyebutkan ada empat perkara yang dapat menyebabkan seseorang mengakhiri hidupnya dalam keadaan buruk sehingga menghantarkannya ke Neraka di kehidupan abadi negeri akhirat kelak. Namun sebelum kita uraikan keempat hal tersebut alangkah baiknya kita perhatikan hadits di bawah ini yang memuat salah satu rukun iman yang fundamental, yaitu iman akan taqdir Allah, baik itu taqdir yang terasa menyenangkan maupun yang terasa pahit.

ثُمَّ يُرْسَلُ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيهِ الرُّوحَ وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ

بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيدٌ فَوَالَّذِي لَا إِلَهَ غَيْرُهُ

إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ

وَبَيْنَهَا إِلَّا ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا

وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا

إِلَّا ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا

Dari Abu Abdirrohman, Abdulloh bin Mas’ud rodhiyallohu’anhu, dia berkata: ”Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam telah bersabda kepada kami dan beliau adalah orang yang selalu benar dan dibenarkan: “…Kemudian diutuslah seorang malaikat kepadanya, lalu malaikat itu meniupkan ruh kepadanya dan ia diperintahkan menulis empat kalimat: Menulis rizkinya, ajalnya, amalnya, dan nasib celakanya atau keberuntungannya. Maka demi Alloh yang tiada tuhan selain-Nya, sesungguhnya ada diantara kamu yang melakukan amalan penduduk surga dan amalan itu mendekatkannya ke surga sehingga jarak antara dia dan surga kurang satu hasta, namun karena taqdir yang telah ditetapkan atas dirinya, lalu dia melakukan amalan penduduk neraka sehingga dia masuk ke dalamnya. Dan sesungguhnya ada seseorang diantara kamu yang melakukan amalan penduduk neraka dan amal itu mendekatkannya ke neraka sehingga jarak antara dia dan neraka hanya kurang satu hasta, namun karena taqdir yang telah ditetapka atas dirinya, lalu dia melakukan amalan penduduk surga sehingga dia masuk ke dalamnya.” (HR. Muslim)

Seorang yang beriman kepada taqdir yang ditetapkan oleh Allah pastilah sangat khawatir bilamana dirinya termasuk ke dalam golongan yang disabdakan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam di atas yaitu “… sesungguhnya ada diantara kamu yang melakukan amalan penduduk surga dan amalan itu mendekatkannya ke surga sehingga jarak antara dia dan surga kurang satu hasta, namun karena taqdir yang telah ditetapkan atas dirinya, lalu dia melakukan amalan penduduk neraka sehingga dia masuk ke dalamnya.” Sungguh merugilah orang yang ditaqdirkan Allah seperti itu. Namun tentunya melalui pelajaran ini Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bermaksud untuk menjelaskan adanya orang yang amalan baiknya selama ini sekedar yang tampak pada manusia. Sedangkan bisa jadi pada hakikatnya tersimpan dalam hatinya kejahatan yang kemudian muncul secara lahir pada akhir hayatnya.

Sebaliknya golongan orang yang digambarkan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam sebagai ”dan sesungguhnya ada seseorang diantara kamu yang melakukan amalan penduduk neraka dan amal itu mendekatkannya ke neraka sehingga jarak antara dia dan neraka hanya kurang satu hasta, namun karena taqdir yang telah ditetapkan atas dirinya, lalu dia melakukan amalan penduduk surga sehingga dia masuk ke dalamnya.” Tentunya ini adalah orang yang sangat beruntung dan disayang Allah ta’aala. Boleh jadi manusia memberi penilaian buruk karena perilakunya selama ini, namun sesungguhnya ia memiliki suatu kebaikan tertentu yang tersembunyi dari penglihatan orang lain sedangkan Allah memandang kebaikannya itu layak menjauhkan dirinya dari neraka dan menghantarkannya ke surga. Wallahu a’lam.

Yang pasti, beriman kepada taqdir akan menghasilkan rasa takut yang mendalam akan nasib akhir hidup dan menumbuhkan semangat yang tinggi untuk beramal dan istiqomah dalam ketaatan demi mengharap husnul khatimah. Beriman kepada taqdir bukanlah alasan untuk bermaksiat dan bermalas-malasan. Beriman kepada taqdir justru semakin membuat seseorang berusaha keras berbuat sebanyak mungkin ’amal sholeh dan ’amal ibadah sekaligus menjauhi segala bentuk kemungkaran dan kemaksiatan yang berpotensi menyebabkan terjadinya su’ul khatimah.

Shiddiq Hasan Khan mengatakan bahwa su’ul khatimah memiliki sebab-sebab yang harus diwaspadai oleh seorang mukmin. Pertama, kerusakan dalam aqidah, walau disertai zuhud dan kesholehan. Jika ia memiliki kerusakan dalam aqidah dan ia meyakininya sambil tidak menganggap itu salah, terkadang kekeliruan aqidahnya itu tersingkap pada saat sakratul maut. Bila ia wafat dalam keadaan ini sebelum ia menyadari dan kembali ke iman yang benar, maka ia mendapatkan su’ul khatimah dan wafat dalam keadaan tidak beriman. Setiap orang yang beraqidah secara keliru berada dalam bahaya besar dan zuhud serta kesholehannya akan sia-sia. Yang berguna adalah aqidah yang benar yang bersumber dari Kitabullah dan Sunnah Rasul. Mereka terancam oleh ayat Allah berikut:

قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ

فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا

”Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?" Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” (QS Al-Kahfi ayat 103-104)

Kedua, banyak melakukan maksiat. Orang yang sering bermaksiat akan didominasi oleh memori tersebut saat kematian menjelang. Sebaliknya bila seseorang seumur hidupnya banyak melakukan ketaatan, maka memori tersebutlah yang menemaninya saat sakratul maut. Orang yang banyak dosanya sehingga melebihi ketatannya maka ini sangat berbahaya baginya. Dominasi maksiat akan terpateri di dalam hatinya dan membuatnya cenderung dan terikat pada maksiat, dan pada gilirannya menyebabkan su’ul khatimah. Adz-Dzahabi dalam kitabnya al-Kaba’ir mengutip Mujahid: Tidaklah seseorang mati kecuali ditampilkan kepadanya orang-orang yang biasa ia gauli. Seorang lelaki yang suka main catur sekarat, lalu dikatakan kepadanya: ”Ucapkanlah La ilaha illa Allah.” Ia menjawab: ”Skak!” kemudian ia mati. Jadi, yang mendominasi lidahnya adalah kebiasaan permainan dalam hidupnya. Sebagai ganti kalimat Tauhid, ia mengatakan skak.

Ketiga, tidak istiqomah. Sungguh, seorang yang istiqomah pada awalnya, lalu berubah dan menyimpang dari awalnya bisa menjadi penyebab ia mendapat su’ul khatimah, seperti iblis yang pada mulanya merupakan pemimpin dan guru malaikat serta malaikat yang paling gigih beribadah, tapi kemudian tatakala ia diperintah untuk sujud kepada Adam, ia membangkang dan menyombongkan diri, sehingga ia masuk golongan kafir. Demikian pula dengan ulama Bani Israil Bal’am yang digambarkan dalam ayat berikut:

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِي آَتَيْنَاهُ آَيَاتِنَا فَانْسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ

فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ

وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ

ذَلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآَيَاتِنَا فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ

سَاءَ مَثَلًا الْقَوْمُ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآَيَاتِنَا وَأَنْفُسَهُمْ كَانُوا يَظْلِمُونَ

”Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian dia melepaskan diri daripada ayat-ayat itu lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat) nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir. Amat buruklah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat zalim.” (QS Al-A’raaf ayat 175-177)

Keempat, iman yang lemah. Hal ini dapat melemahkan cinta kepada Allah dan menguatkan cinta dunia dalam hatinya. Bahkan lemahnya iman dapat mendominasi dirinya sehingga tidak tersisa dalam hatinya tempat untuk cinta kepada Allah kecuali sedikit bisikan jiwa, sehingga pengaruhnya tidak tampak dalam melawan jiwa dan menahan maksiat serta menganjurkan berbuat baik. Akibatnya ia terperosok ke dalam lembah nafsu syahwat dan perbuatan maksiat, sehingga noda hitam dosa menumpukdi dalam hati dan akhirnya memadamkan cahaya iman yang lemah dalam hati. Dan ketika sakratul maut tiba, cinta Allah semakin melemah manakala ia melihat ia akan berpisah dengan dunia yang dicintainya. Kecintaannya pada dunia sangat kuat, sehingga ia tidak rela meninggalkannya dan tak kuasa berpisah dengannya. Pada saat yang sama timbul rasa khawatir dalam dirinya bahwa Allah murka dan tidak mencintainya. Cinta Allah yang sudah lemah itu berbalik menjadi benci. Akhirnya bila ia mati dalam kondisi iman seperti ini, maka ia mendapat su’ul khatimah dan sengsara selamanya.

Ya Allah, kami memohon kepadaMu husnul khatimah dan berlindung kepadaMu dari su’ul khatimah. Amin ya Rabb,- (Era Muslim)


Selengkapnya...

Sabtu, 13 Februari 2010

Valentine, Lubang Biawak Di Bulan Februari

Pada bulan ini, kita selalu saja menyaksikan media massa, mal-mal, pusat-pusat hiburan bersibuk-ria berlomba menarik perhatian. Anak-anak muda berlomba mengucapkan "selamat hari Valentine", berkirim kartu dan bunga, saling bertukar pasangan, saling curhat, menyatakan sayang atau cinta karena anggapan saat itu adalah “hari kasih sayang”.

Kita mungkin selama ini telah banyak menyaksikan Valentine terjadi di negeri yang Muslimnya paling banyak ini. Sebenarnya apa Valentine ini?

Rasul Shallallaahu alaihi wa Salam telah melarang untuk mengikuti tata cara peribadatan selain Islam: “Barang siapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut.” (HR. At-Tirmidzi). Dan kita sudah hafal pula bahwa Valentine adalah kebiasaan orang-orang non-Muslim.

Pandangan Ibnul Qayyim Al-Jauziyah

Ibnul Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah berkata, “Memberi selamat atas acara ritual orang kafir yang khusus bagi mereka, telah disepakati bahwa perbuatan tersebut haram. Semisal memberi selamat atas hari raya dan puasa mereka, dengan mengucapkan, “Selamat hari raya!” dan sejenisnya. Bagi yang mengucapkannya, kalau pun tidak sampai pada kekafiran, paling tidak itu merupakan perbuatan haram. Karena berarti ia telah memberi selamat atas perbuatan mereka yang menyekutukan Allah.

Bahkan perbuatan tersebut lebih besar dosanya di sisi Allah dan lebih dimurkai dari pada memberi selamat atas perbuatan minum khamar atau membunuh. Banyak orang yang kurang mengerti agama terjerumus dalam suatu perbuatan tanpa menyadari buruknya perbuatan tersebut. Seperti orang yang memberi selamat kepada orang lain atas perbuatan maksiat, bid’ah atau kekufuran maka ia telah menyiapkan diri untuk mendapatkan kemarahan dan kemurkaan Allah.”

Sejarah dan Latar Belakang Valentine

Sekadar mengingatkan saja jika Valentine itu budaya turun-termurun dari nenek moyang orang Barat. Pada awalnya orang-orang Romawi merayakan hari besar mereka yang jatuh pada tanggal 15 Februari yang diberi nama Lupercalia. Peringatan ini adalah sebagai penghormatan kepada Juno (Tuhan wanita dan perkawinan) serta Pan (Tuhan dari alam ini) seperti apa yang mereka percayai. Setelah penyebaran agama Kristen, para pemuka gereja mencoba memberikan pengertian ajaran Kristen terhadap para pemuja berhala itu. Pada tahun 496 Masehi, Paus Gelasius (Pope Gelasius) mengganti peringatan Lupercalia itu menjadi Saint Valentine’s Day, yaitu Hari Kasih Sayang Untuk Orang-Orang Suci.

Dalam sejarah perayaan Valentine, para ahli sejarah tidak setuju dengan adanya upaya untuk menghubungkan hal itu dengan St. Valentine, seorang pendeta yang hidup di Roma pada tahun 200 masehi, di bawah kekuasaan Kaisar Claudius II. St. Valentine ini pernah ditangkap oleh orang-orang Romawi dan dimasukkan ke dalam penjara, karena dituduh membantu satu pihak untuk memusuhi dan menentang Kaisar. St. Valentine ini berhasil ditangkap pada akhir tahun 270 masehi. Kemudian orang-orang Romawi memenggal kepalanya di Palatine Hill (Bukit Palatine) dekat altar Juno.

Dalam kaitannya dengan acara Valentine’s Day, banyak pula orang mengkaitkan dengan St. Valentine yang lain. St. Valentine ini adalah seorang bishop (pendeta) di Terni, satu tempat sekitar 60 mil dari Roma. Iapun dikejar-kejar karena memengaruhi beberapa keluarga Romawi dan memasukkan mereka ke dalam agama Kristen. Kemudian ia dipancung di Roma sekitar tahun 273 masehi. Sebelum kepalanya dipenggal, bishop itu mengirim surat kepada para putri penjaga-penjaga penjara dengan mendoakan semoga bisa melihat dan mendapat kasih sayang Tuhan dan kasih sayang manusia. “Dari Valentinemu” demikian tulis Valentine pada akhir suratnya itu. Surat itu tertanggal 14 Februari 270 M. sehingga tanggal tersebut ditetapkan sebagai Valentine’s Day atau Hari Kasih Sayang. Nah, jelaskan?

Valentine: Lubang Biawak Untuk Orang Islam

Kita sekarang melihat bahwa Valentine ini dijadikan begitu spesial oleh orang-orang di sekeliling kita. Diriwayatkan dari Abu Said al-Khudri r.a bahwa Rasulullah Muhammad saw bersabda: "Kamu akan mengikuti sunnah (kebiasaan) orang-orang sebelum kamu sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Sehinggakan mereka masuk ke dalam lubang biawak (buaya) kamu tetap mengikuti mereka. Kami bertanya: Wahai Rasulullah, apakah yang kamu maksudkan itu adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani? Baginda bersabda: Kalau bukan mereka, siapa lagi?" (HR. Bukhori dan Muslim).

Notes:
Valentine selalu diidentikan dengan malaikat kecil bersayap yang membawa panah cinta. Malaikat itu bernama Cupid (berarti: The Desire). Konon, menurut kabar burung dari negeri dongeng, ia adalah putra Nimrod “the hunter” Dewa Matahari. Cupid disebut juga Tuhan Cinta, karena ia rupawan sehingga diburu wanita bahkan ia pun berzina dengan ibunya sendiri! Naudzubillahimindzalik!(Era Muslim)

Selengkapnya...

Kamis, 07 Januari 2010

Lelaki Tua Itu Merasa Terlahir Kembali Begitu Masuk Gaza

"Alhamdulillah, segala puji bagi-Mu ya Allah, yang telah memberi kesempatan yang saya harapkan terwujud sejak bertahun-tahun yang lalu. Saya merindukan Gaza dan warganya. Aku merasa telah lahir kembali begitu memasuki Jalur Gaza. Wangi jihad dan perlawanan keluar dari seluruh penjuru Jalur Gaza. Begitu saya tiba (di Jalur Gaza ) saya merasakan berada di benteng besar Islam."

Dengan kata-kata tersebut beberapa anggota konvoi kemanusiaan "Lifeline 3" yang masuk Jalur Gaza pada hari Rabu (6/1) melalui gerbang penyeberanga Rafah, mengungkapkan kegembiraan mereka meskipun ada sakit dan penderitaan yang mereka rasakan setelah kedatangan konvoi mereka terlambat selama berminggu-minggu.

Seperti yang dialami Haji Ismail Nashwan. Anggota konvoi tua asal Yordania ini sudah berusia lebih dari 80 tahun. Lelaki tua ini menengok ke kiri dan ke kanan, seakan tidak percaya bahwa kedua kakinya telah menginjak tanah Gaza setelah menunggu lebih dari setengah abad lamanya untuk bisa masuk Gaza .

Setelah sujud syukur kepada Allah, Nashwan berkata, "Alhamdulillah, segala puji bagi-Mu ya Allah, yang telah memberi kesempatan yang saya harapkan terwujud sejak bertahun-tahun yang lalu. Saya merindukan Gaza dan warganya. Aku di sini untuk memberitahu mereka bahwa semua orang Yordania bersama mereka dan mendukung mereka. Rakyat Yordania akan melakukan yang terbaik untuk membebaskan blokade terhadap Gaza ."

Dia menjelaskan, selalu mengikuti perkembangan yang terjadi di Jalur Gaza siang dan malam, sementara hatinya terbakar rasa sakit menyaksikan kejahatan dan pembantaian yang dilakukan oleh mesin-mesin perang Zionis Israel .

Dengan kegembiraan yang membuncah, Nashwan melanjutkan penuturannya, "Saya merasa telah lahir kembali begitu memasuki Jalur Gaza. Ketika saya mencium wangi Gaza , saya merasakan hasrat yang menggelora tinggi memenuhi seluruh diri saya, sedang kegembiraan dan kebanggaan membanjiriku."

Benteng Islam

Beberapa meter dari tempat duduk Nashwan, sedang berdiri anggota konvoi lain bernama Otsman Oscan Tadtabelio. Lelaki asal Turki ini berusia lebih dari 70 tahun. Dia merenungi wajah-wajah warga Palestina dan senyum yang tak lepas dari raut mukanya.

Dengan suara yang kuat dia menegaskan bahwa Palestina adalah bagian dari tanah airnya. "Setiap kali saya mendengar nama Gaza atau Palestina saya teringat kemuliaan Daulah Otsmaniyah dan Sultan Abdul Hamid yang menolak untuk menyerahkan setiap butir tanah Palestina," ungkapnya.

Dia menambahkan, "Kami selalu mengikuti perang yang terjadi, sementara kesedihan dan rasa sakit menyayat hati kami. Kesedihan tergambar di wajah anak-anak kami dan cucu-cucu kami. Kami berharap bisa datang (ke Gaza ) untuk menyembuhkan luka mereka dan membiarkan mereka merasa bahwa kami bersama mereka serta tidak meninggalkan mereka."

Lidahnya tidak berhenti memuji dan bersyukur kepada Allah kemudian mengatakan, "Begitu saya tiba (di Gaza), saya merasa berada di benteng besar Islam dan saya bersyukur sekali kepada Allah, karena Dia telah memberikan saya kesempatan untuk melihat warga Gaza yang selalu bersiapa dan teguh mempertahankan tanah mereka."

Semerbak wangi Jihad

Nidzam Ramzi (48 tahun), lelaki asal Turki dan salah satu anggota rombongan konvoi kemanusiaan “Lifeline 3”, menyatakan keterkejutannya pada apa yang dilihatnya di Gaza . "Ini adalah pertama kalinya saya mengunjungi Gaza . Saya berharap ini bukan yang terakhir. Aroma wangi jihad dan perlawanan semerbak keluar dari berbagai penjuru ( Gaza ),” katanya.

Matanya terus memperhatikan lokasi di sekelilingnya seraya melanjutkan penuturannya, "Saya pikir Gaza adalah hanyalah sebuah desa kecil yang tidak memiliki fitur-fitur peradaban atau bangunan-bangunan tinggi. Namun saya saya dikejutkan oleh sepirit madani, peradaban dan system di dalamnya." Dia menambahkan, "Di sini ada sistem dan penataan yang telah banyak hilang dari kota-kota dan ibukota-ibukota Arab."

"Akhirnya mimpi saya terealisasi. Kedua kaki saya menginjak tanah Gaza yang heroik. Kami telah berhasil mengatasi semua krisis dan kendala yang kami hadapi di sepanjang perjalanan (menuju Gaza ). Apara keamanan Mesir telah menyerang kami, menghina kami dan menghalangi sebagian besar truk dan bantuan kemanusiaan yang telah kami bawa untuk masuk ke Gaza sedang kami hanya bisa menonton. Kami telah bersabar menanggung semua kesulitan dan siap untuk menanggung beban dan kesulitan yang lebih banyak demi Gaza ," tambahnya.

Dan dengan penuh semangat dia melanjutkan penuturannya, "Ketika saya kembali ke Turki, saya akan menjadi duta besar untuk Jalur Gaza di sana . Saya akan sampaikan kepada mereka wajah-wajah penderitaan dan semua kesulitan yang dialami (warga) Jalur Gaza. Saya akan menjelaskan pada mereka kondisi rumah-rumah (warga) Gaza yang hancur, keluarga-keluarga yang berduka, tenda-tenda penampungan yang didirikan di tanah Gaza sejak setahun yang lalu. Saya akan menceritakan kepada mereka tentang keteguhan, kemuliaan, kehangatan dan cinta warga Gaza kepada rakyat Turki.”

Dia melanjutkan, "Saya tidak akan berhenti dan mencukupkan diri hanya dengan kunjungan singkat ini.. Namun saya akan datang lagi dan lagi dengan konvoi-konvoi baru dan bantuan-bantuan lebih banyak lagi. Saya akan datang ke sini bersama istri dan anak-anak saya. Saya akan mendorong rakyat Turki untuk menyiapkan konvoi-konvoi bantuan sampai kami bisa membebaskan blokade dari warga Gaza dan meringankan penderitaan mereka, walau hanya dengan sedikit (bantuan)."

Awal Pembebasan

Sedangkan Dr. Mohammed Mushalaha, salah seorang pemimpin konvoi “lifeline 3”, menilai bahwa kunjungannya Gaza ini adalah awal kembalinya semua orang Palestina dan pembebasan tanah Palestina dari para perampas.

Dia mengatakan, "Aku tidak bisa menggambarkan perasaan saya ketika saya memasuki kota ( Gaza ). Sejak 20 tahun saya tidak bisa memasuki bagian manapun dari negeri saya Palestina. Saya anggap ini adalah awal kembali yang nyata."

Mushalaha menegaskan, “Konvoi kemanusiaan ini mampu menghadapi semua rintangan, melawan semua kesulitan dan mengatasi semua hal yang menghalangi kami untuk memberikan kontribusi menghancurkan blokade terhadap penduduk Gaza.” Dia menambahkan, "Konvoi ini telah mempu menyingkap semua konspirator dan mereka yang berpartisipasi dalam memblokade Gaza . Meskipun kami tahu besarnya tekanan yang akan dialami konvoi, namun kami tetap teguh bertekad untuk masuk Jalur Gaza, apa pun harganya."

Mushalaha mengungkapkan adanya persiapan konvoi keempat yang berisi dari berbagai kelompok usia antara 16-82 tahun, dari berbgai kebangsaan dan negara yang berbeda. Konvoi kemanusiaan “Lifeline 3” tiba di Jalur Gaza hari Rabu (6/1) melalui penyeberangan perbatasan Rafah, setelah melakukan perjalanan berdarah. Dalam konvoi ini ada sejumlah tokoh terkemuka, organisasi, anggota parlemen dan banyak aktivis solidaritas Turki, Arab dan asing. Konvoi ini membawa 250 truk muatan, kendaraan penumpang dan mobil-mobil ambulans yang membawa bantuan kemanusiaan, medis, dan makanan. (Era Muslim)

Selengkapnya...