Selasa, 15 Maret 2011

Kartini...

Pada zaman sekarang orang-orang salah kaprah memperingati Hari Kartini. Saya tidak ingin membeberkan rinciannya. Tapi, saya perlu mengungkapkan bahwa sejarah istilah 'Habis Gelap Terbitlah Terang' itu berasal dari Al-Quran (Minazh-Zhulumaati ilan Nuur). Inilah bukti surat-surat Kartini kepada sahabatnya dari Belanda:

Mengenai agamaku Islam, Stella, aku harus menceritakan apa? Agama Islam melarang umatnya mendiskusikannya dengan umat agama lain. Lagi pula sebenarnya agamaku karena nenek moyangku Islam. Bagaimana aku dapat mencintai agamaku, kalau aku tidak mengerti, tidak boleh memahaminya? Al-Quran terlalu suci, tidak boleh diterjemahkan kedalam bahasa apa pun. Di sini tidak ada orang yang mengerti bahasa Arab. Di sini orang diajar membaca Al-Quran tetapi tidak mengerti apa yang dibacanya. Kupikir, pekerjaan orang gilakah, orang diajar membaca tapi tidak diajar makna yang dibacanya itu. Sama saja halnya seperti engkau mengajarkan aku buku bahasa Inggris, aku harus hafal kata demi kata, tetapi tidak satu patah kata pun yang kau jelaskan kepadaku apa artinya. Tidak jadi orang sholeh pun tidak apa-apa, asalkan jadi orang yang baik hati, bukankah begitu Stella? [Surat Kartini kepada Stella, 6 November 1899]

Dan waktu itu aku tidak mau lagi melakukan hal-hal yang tidak tahu apa perlunya dan apa manfaatnya. Aku tidak mau lagi membaca Al-Quran, belajar menghafal perumpamaan- perumpamaan dengan bahasa asing yang tidak aku mengerti artinya, dan jangan-jangan guru-guruku pun tidak mengerti artinya. Katakanlah kepadaku apa artinya, nanti aku akan mempelajari apa saja. Aku berdosa, kitab yang mulia itu terlalu suci sehingga kami tidak boleh mengerti apa artinya. [Surat Kartini kepada E.E. Abendanon, 15 Agustus 1902.

Untuk ukuran seorang perempuan dan ukuran zaman itu (bahkan ukuran zaman sekarang sekalipun) pendapat Kartini ini benar-benar sangat kritis dan sangat berani.

Suatu ketika, takdir membawa Kartini pada suatu pengajian di rumah Bupati Demak Pangeran Ario Hadiningrat yang juga adalah pamannya. Pengajian dibawakan oleh seorang ulama bernama Kyai Haji Mohammad Sholeh bin Umar(atau dikenal Kyai Sholeh Darat) tentang tafsir Al-Fatihah. Kartini tertarik sekali dengan materi yang disampaikan (ini dapat dipahami mengingat selama ini Kartini hanya membaca dan menghafal Quran tanpa tahu maknanya). Setelah pengajian, Kartini mendesak pamannya untuk menemaninya menemui Kyai Sholeh Darat. Berikut ini dialog-nya (ditulis oleh Nyonya Fadhila Sholeh, cucu Kyai Sholeh Darat).

Kyai, perkenankanlah saya menanyakan, bagaimana hukumnya apabila seorang yang berilmu, namun menyembunyikan ilmunya?

Tertegun Kyai Sholeh Darat mendengar pertanyaan Kartini yang diajukan secara diplomatis itu.
Mengapa Raden Ajeng bertanya demikian?. Kyai Sholeh Darat balik bertanya, sambil berpikir kalau saja apa yang dimaksud oleh pertanyaan Kartini pernah terlintas dalam pikirannya.

Kyai, selama hidupku baru kali inilah aku sempat mengerti makna dan arti surat pertama, dan induk Al-Quran yang isinya begitu indah menggetarkan sanubariku. Maka bukan buatan rasa syukur hati aku kepada Allah, namun aku heran tak habis-habisnya, mengapa selama ini para ulama kita melarang keras penerjemahan dan penafsiran Al-Quran dalam bahasa Jawa. Bukankah Al-Quran itu justru kitab pimpinan hidup bahagia dan sejahtera bagi manusia?

Setelah pertemuan itu nampaknya Kyai Sholeh Darat tergugah hatinya. Beliau kemudian mulai menuliskan terjemah Quran ke dalam bahasa Jawa. Pada pernikahan Kartini , Kyai Sholeh Darat menghadiahkan kepadanya terjemahan Al-Quran (Faizhur Rohman Fit Tafsiril Quran), jilid pertama yang terdiri dari 13 juz, mulai dari surat Al-Fatihah sampai dengan surat Ibrahim. Mulailah Kartini mempelajari Islam dalam arti yang sesungguhnya. Tapi sayang, tidak lama setelah itu Kyai Sholeh Darat meninggal dunia, sehingga Al-Quran tersebut belum selesai diterjemahkan seluruhnya ke dalam bahasa Jawa.

Kartini menemukan dalam surat Al-Baqarah ayat 257 bahwa ALLAH-lah yang telah membimbing orang-orang beriman dari gelap kepada cahaya (Minazh-Zhulumaati ilan Nuur). Rupanya, Kartini terkesan dengan kata-kata Minazh-Zhulumaati ilan Nuur yang berarti dari gelap kepada cahaya karena Kartini merasakan sendiri proses perubahan dirinya, dari kegelisahan dan pemikiran tak-berketentuan kepada pemikiran hidayah (how amazing).

Dalam surat-suratnya kemudian, Kartini banyak sekali mengulang-ulang kalimat Dari Gelap Kepada Cahaya ini. (Sayangnya, istilah Dari Gelap Kepada Cahaya yang dalam Bahasa Belanda adalah Door Duisternis Tot Licht menjadi kehilangan maknanya setelah diterjemahkan oleh Armijn Pane dengan istilah Habis Gelap Terbitlah Terang).

Nampaknya masa-masa ini terjadi transformasi spiritual bagi Kartini. Pandangan Kartini tentang Barat-pun mulai berubah, setelah sekian lama sebelumnya dia terkagum dengan budaya Eropa yang menurutnya lebih maju dan serangkaian pertanyaan-pertanya an besarnya terhadap tradisi dan agamanya sendiri.

Ini tercermin dalam salah satu suratnya;

Sudah lewat masanya, tadinya kami mengira bahwa masyarakat Eropa itu benar-benar satu-satunya yang paling baik, tiada taranya. Maafkan kami, tetapi apakah ibu sendiri menganggap masyarakat Eropa itu sempurna? Dapatkah ibu menyangkal bahwa dibalik hal yang indah dalam masyarakat ibu terdapat banyak hal-hal yang sama sekali tidak patut disebut sebagai peradaban?� [Surat Kartini kepada Ny. Abendanon, 27 Oktober 1902]

Kami sekali-kali tidak hendak menjadikan murid-murid kami menjadi orang-orang setengah Eropa atau orang-orang Jawa Kebarat-baratan ( surat Kartini kepada Ny. Abandanon, 10 Juni 1902)

Kartini juga menentang semua praktek kristenisasi di Hindia Belanda :

Bagaimana pendapatmu tentang Zending, jika bermaksud berbuat baik kepada rakyat Jawa semata-mata atas dasar cinta kasih, bukan dalam rangka kristenisasi? . Bagi orang Islam, melepaskan keyakinan sendiri untuk memeluk agama lain, merupakan dosa yang sebesar-besarnya. Pendek kata, boleh melakukan Zending, tetapi jangan mengkristenkan orang. Mungkinkah itu dilakukan? [Surat Kartini kepada E.E. Abendanon, 31 Januari 1903]

Bahkan Kartini bertekad untuk berupaya untuk memperbaiki citra Islam yang selalu dijadikan bulan-bulanan dan sasaran fitnah. Dengan bahasa halus Kartini menyatakan :

Moga-moga kami mendapat rahmat, dapat bekerja membuat umat agama lain memandang agama Islam patut disukai. [Surat Kartini kepada Ny. Van Kol, 21 Juli 1902]

Di surat-surat lain:
Astaghfirullah, alangkah jauhnya saya menyimpang (Surat Kartini kepada Ny. Abandanon, 5 Maret 1902)
Ingin benar saya menggunakan gelar tertinggi, yaitu: Hamba Allah (Abdulloh). (Surat Kartini kepada Ny. Abandanon, 1 Agustus 1903)

[Kutipan tulisan Muh. Tamim dan dirilis kembali di milis NFBS]

Penutup:

Seharusnya di hari Kartini para wanita banyak-banyak menela'ah Al-Quran seperti yang dilakukan Kartini sehingga ia dapat mengutip istilah ' Minazh-Zhulumaati ilan Nuur'. Semestinya kaum ibu dan wanita mengenang sosok Kartini sebagai sosok wanita yang kritis dalam mencari kebenaran, kemudian dipegangnya sebagai pedoman hidup. Instannya, di hari Kartini kaum ibu maupun bapak seharusnya merayakannya dengan banyak mengaji, bukan cuma mengajarkan kepada anaknya dalam menghiasi dirinya dengan budaya yang tidak sesuai dengan Islam. Kita perkenalkan kepada anak kita istilah emansipasi, tapi tidak kita perkenalkan kepada istilah dan ajaran Qurani. Kita buta dengan sejarah, serta tidak mengetahui esensi sejarah, termasuk Hari Kartini.

Selengkapnya...

Jumat, 04 Maret 2011

Akhirnya, Iran Bersekutu Dengan Amerika Soal Afghanistan

Akhirnya, Iran dengan terang-terangan bersekutu juga dengan AS, NATO, Uni Eropa dan PBB untuk membicarakan Afghanistan.

Negeri yang dipimpin oleh Mahmoud Ahmadinejad—dikenal sangat vokal dalam menyumpahi Amerika—itu bergabung dalam pertemuan tingkat tinggi di Roma, Italia pada Senin (18/10).

Tanggapan Amerika? Sama sekali tidak masalah.

"Kami ditanya apakah kami punya masalah dengan keterlibatan Iran, dan kami katakan 'Tidak,'" kata Holbrooke, wakil khusus AS untuk Afghanistan dan Pakistan.

"Kami menyadari bahwa Iran memiliki peran dalam penyelesaian situasi damai di Afghanistan. Jadi Amerika Serikat tidak ada masalah dengan keterlibatan mereka. "

Iran juga mengirim utusan khusus untuk Afghanistan dan Pakistan, Mohammed Ali Ghanazadeh. Selain dari Iran, 10 negara anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI) juga diundang.


NASIB PENGUNGSI AFGHAN DI IRAN!!!

Kasihan benar nasib para pengungsi Afghanistan. Di negeri sendirinya mereka didholimi penguasa lokal dan asing, eh ketika melakukan "hijrah" ke sesama negara Arab alias Iran, mereka pun diperlakukan dengan sangat kejam.

Menurut jurubicara kementerian luar negeri Afghanistan, Faqiri Zaher, saat ini diperkirakan ada 4000 atau 5000 orang Afghanistan yang berada di penjara-penjara Iran.

Perlakuan Iran terhadap pengungsi Afghanistan memang telah menimbulkan keprihatinan banyak orang di negara asal mereka. Saat ini diperkiraan ada 1000 orang pengungsi berasal dari Afghanistan di Iran.

Beberapa ribu orang telah ditangkap oleh otoritas Iran dan ratusan lainnya bahkan dilaporkan dihukum mati.

Iran memang telah kedatangan jutaan pengungsi selama pendudukan Uni Soviet di Afganistan, dan kemudian perang sipil. Dalam beberapa tahun terakhir, negara itu malah mendeportasi sebagian warga Afghanistan kembali ke negaranya padahal Iran tahu dengan jelas bahwa Afghanistan sekarang tengah bergolak panas. .

Bukan rahasia lagi jika Teheran memang telah menentang rezim Taliban yang menguasai Afghanistan. (sa/bbc)

Selengkapnya...