Senin, 24 Mei 2010

Hadits Manzilah…

Yang dimaksud dengan hadits manzilah adalah sabda Rasulullah kepada Ali bin Abi Thalib, “Engkau di sisiku seperti halnya Harun di sisi Musa, hanya saja tidak ada nabi setelahku!”

Hadits ini terdapat dalam kitab shahih Bukhari dan Muslim, serta dalam beberapa kitab hadits yang lain. Oleh penganut agama Syiah Rafidah, hadits ini dijadikan salah satu hujjah untuk membuktikan bahwa Ali bin Abi Thalib adalah pemegang hak khilafah setelah Rasulullah. Benarkah demikian? Menurut para ulama hadits yang mengkaji hadits ini, hadits ini statusnya shahih, sempurna secara sanad maupun matannya (Ini adalah salah satu bukti keadilan ulama-ulama Ahlu Sunnah, mereka menulis dan mesahihkan hadits ini karena konsisten dengan metode yang mereka gunakan dalam mengkaji sebuah hadits, walaupun hadits itu berpeluang digunakan oleh musuh-musuh Islam tuk menyerang Islam). Hadits ini diucapkan oleh Rasulullah ketika beliau hendak meninggalkan Madinah tuk perang Tabuk dan mengangkat Ali bin Abi Thalib sebagai pengganti sementaranya (pemegang mandat) di Madinah. Hal seperti ini lazim dilakukan oleh Rasulullah ketika akan meninggalkan Madinah untuk berbagai kepentingan. Jadi Rasulullah menunujuk Ali sebagai pengganti sementara, bukan khalifah setelah Rasulullah. Ada beberapa hal yang harus dicermati dalam hadits ini:

1.Samanya kedudukan Ali bin Abi Thalib di sisi Nabi dengan kedudukan Harun di sisi Musa dalam hal sebagai pengganti sementara saja, dan tidak bersifat umum. Sebab jika dianggap umum, maka kita harus menganggap Ali sebagai Nabi, sebagaimana Harun adalah seorang Nabi. Dan itu adalah sesuatu yang tidak mungkin, karena Nabi menegaskan diujung hadit tersebut, “…, hanya saja tidak ada Nabi setelahku!”

2. Zhahir hadits ini menetapkan bahwa Ali adalah pengganti sementara Nabi selama beliau berada di Tabuk, sebagaimana Harun menjadi pengganti sementara Musa selama 40 hari ketika Musa hendak menghadap Allah. Musa berkata kepada Harun, “Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku.” (QS. Al-A’raf: 142)

3. Mengapa Rasulullah mengucapkan hadits itu? Kenapa Rasulullah tidak mengucapkan itu ketika meminta sahabat lain yang menggantikannya? Karena Rasulullah hendak mengukuhkan hati Ali yang agak keberatan dengan tugasnya itu. Ali memandang, tugas itu merendahkan dirinya, karena ia tidak diikutkan dalam jihad bersama sahabat-sahabat Rasulullah yang lain. Ia harus tinggal di Madinah bersama wanita dan anak-anak, serta orang-orang yang mendapat izin untuk tidak ikut berjihad. Inilah ego seorang perindu syahid.

4. Apakah dengan hadits ini, Ali menjadi lebih utama dari Abu Bakar dan Umar? Hadits ini menunjukkan bahwa Ali adalah salah seorang sahabat Nabi yang mulia, utama, dan agung. Tapi dalam kitab yang sama, dalam shahi Bukhari dan Shahih Muslim, terdapat sebuah hadits yang menceritakan ketika Rasulullah sedang berdiskusi dengan Abu Bakar dan Umar untuk menyikapi tawanan perang. Ketika Rasulullah meminta pendapat Abu Bakar, ia mengusulkan tuk membebaskan tawanan tersebut dengan meminta tebusan. Sedangkan ketika Rasulullah meminta pendapat Umar, ia mengusulkan agar tawanan-tawanan tersebut dihukum mati saja. Mendengar usul kedua sahabatnya, Rasulullah bersabda, “Akan kuceritakan dua orang yang sepadan dengan kamu. Engkau wahai Abu Bakar, sama dengan Ibrahim ketika ia berkata: Barangsiapa mengikutiku, ia termasuk golonganku. Barang siapa durhaka kepadaku, sesungguhnya Tuhan Maha Pengampun dan Maha Pengasih. (QS. Ibrahim: 36) Engkau juga seperti Isa ketika ia berkata: Jika Engkau menyiksa mereka, sesungguhnya mereka adalah hambaMu. Dan jika Engkau mengampuni mereka, sesungguhnya engkau Maha Mulia dan Maha Bijaksana. (QS. Al-Mai’dah: 118) Adapun engkau wahai Umar, sama seperti Nuh ketika ia berkata: Ya Tuhanku, janganlah engkau biarkan seorangpun diantara orang kafir tinggal di atas bumi. (QS. Nuh: 26) Engkau juga seperti Musa ketika ia berkata: Ya Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka, sehingga mereka tidak beriman sampai mereka melihat siksaan yang pedih. (QS. Yunus: 88)” Perhatikan hadit tersebut, Abu Bakar As-Siddiq seperti Ibrahim dan Isa, Umar bin Kahattab seperti Nuh dan Musa, lalu Ali seperti seperti Harun. Silahkan berkesimpulan sendiri…:)

5. Kedudukan Ali di Madinah sebagai pemimpin betul-betul bersifat sementara. Terbukti, sekembalinya dari perang Tabuk, Nabi telah memberikan tugas lain padanya, yakni bersama Abu Bakar ia diutus untuk membatalkan beberapa perjanjian pada tahun ke-9 Hijriah. Setelah Ali dan Abu Bakar kembali dari tugasnya, ia kembali diutus ke Yaman, sebagaimana beliau mengutus Mu’adz dan Abu Musa. Ali beserta rombongannya, baru kembali dari Yaman ketika Rasulullah mengadakan perjalan untuk ibadah Haji (Haji Wada’) pada tahun ke-10 Hijiriah. Ali menemui Rasulullah di Makkah, yang kemudian dalam perjalan pulang diwarnai dengan peristiwa Ghaidir Kum. (Baca tulisan berjudul: Fakta Ghaidir Kum… dalam blog ini!)

6. Hadits ini hanya diucapkan sekali oleh Rasulullah, hanya ketika menjelang peristiwa Perang Tabuk, dan tidak pernah diulangi setelahnya. Banyak hadits yang menceritakan tentang Rasulullah mengulang kata-kata tersebut, terutama dalam “hadits-hadits persaudaraan”, tapi hadits-hadits tersebut lemah dari segi sanad bahkan beberapa diantaranya mursal, sehingga para ulama hadits menghukuminya dhaif bahkan maudhu’.

Wallahu A’lam…

4 komentar:

Anonim mengatakan...

Telah menceritakan kepada kami Abdullah yang berkata telah menceritakan kepadaku Ayahku yang berkata telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Numair yang berkata telah menceritakan kepada kami Musa Al Juhani yang berkata telah menceritakan kepadaku Fathimah binti Ali yang berkata telah menceritakan kepadaku Asma’ binti Umais yang berkata aku mendengar Rasulullah SAW berkata “wahai Ali engkau di sisiKu seperti kedudukan Harun di sisi Musa kecuali tidak ada Nabi setelahku” [Musnad Ahmad 6/438 no 27507 dinyatakan shahih oleh Syaikh Syu’aib Al Arnauth]

Tidak mas, jangan ketipu mazhab salafi.... Nabi berkali2 pada berbagai kesempatan mengucapkan hadist manzilah ...lihat aja bahterakeselamatan.blogspot.com n saya ada e book judulnya INILAH SALAFI tentang kupas tuntas kesesatan salafi dan bukti2 kesamaan salafi dg yahudi n salafi memang bentukan intelegen inggris

Anonim mengatakan...

Bukti lain bahwa dalam perang hunain Nabi pun menunjuk Ali

Dari Anas bahwa pada perang Hunain Ummu Sulaim membawa khanjar [pisau], maka Abu Thalhah melihatnya lalu ia berkata kepada Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] “Wahai Rasulullah, Ummu Sulaim membawa pisau.” Maka Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata kepada Ummu Sulaim ”Untuk apa pisau itu?” Ummu Sulaim berkata “Jika ada orang musyrik yang mendekatiku, akan aku gunakan pisau ini untuk merobek perutnya.” Maka Rasulullah [shallallahu ’alaihi wasallam] tertawa. Ummu Sulaim berkata “Wahai Rasulullah [shallallahu ’alaihi wasallam] setelah ini bunuhlah orang-orang thulaqa’ [mereka yang masuk islam saat fathul makkah], mereka lari dari perang.” Maka Rasulullah [shallallahu ’alaihi wasallam] berkata “Wahai Ummu Sulaim, sesungguhnya Allah telah mencukupi dan berbuat baik” [Shahih Muslim 3/1442 no 1809]

Anonim mengatakan...

Telah menceritakan kepada kami Abu Salamah Yahya bin Khalaf yang berkata telah menceritakan kepada kami Wahab bin Jarir yang berkata telah menceritakan kepada kami ayahku yang berkata telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Ishaq yang berkata telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Thalhah bin Yazid bin Rukaanah dari Ibrahim bin Sa’ad dari ayahnya Sa’ad yang berkata ketika Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] sampai di Jarf, Ali datang dengan membawa senjatanya dan ia berkata “wahai Rasulullah engkau telah meninggalkanku dan engkau tidak pernah meninggalkanku dalam perang sebelumnya dan sungguh orang-orang munafik menganggap engkau meninggalkanku karena engkau mengira aku merasa berat untuk berjihad”. Sa’ad berkata maka aku mendengar Rasulullah[shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda] “tidakkah engkau ridha wahai Ali bahwa kedudukanmu di sisiku seperti Harun di sisi Musa kecuali sesungguhnya tidak ada Nabi setelahku maka kembalilah untuk mengurus keluargaku dan keluargamu”. [As Sunnah Ibnu Abi Ashim no 1332]
masih banyak mas hadistnya.... tapi saya kira cukup.... mari kita berdoa minta ditunjukan pada Allah tentang mana yang benar ..... jangan menutup hati dan menyombongkan diri dari kebenaran.... saya yakin hati antum mmasih bersih dari berbagai tipuan kaum salafi

Anwar Abbas... mengatakan...

wah, panjang banet komentarnya... saya mau menanggapi begini:
1. Ahlu Sunnah, tdk pernah meragukan hadits manzilah. Tapi, bagi ahlu sunnah, hadits itu tdk ada relevansinya dengan pengangkatan Ali sebagai khalifah...
2. Kalau memang anda mengatakan bahwa hadits ini adalah hadits yg mengangkat Ali sebagai khalifah, apakah anda berpendapat bahwa sekembalinya dari jihad, nabi berada di bawah kepemimpinan Ali?
3. Tolong buktikan, kalau hadits2 lain yg anda sebut, adalah hadits shahih! (pingin tahu, bagaimana metode syiah mengkaji keshahihan sebuah hadits?)
4. Mari kita berdoa minta ditunjukan pada Allah tentang mana yang benar ..... jangan menutup hati dan menyombongkan diri dari kebenaran.... saya yakin hati antum mmasih bersih dari berbagai tipuan kaum syiah, amin.