Jumat, 30 Oktober 2009

Mufti Pegunungan LEBANON: HEZBULLAH Sama Bahayanya Dengan ISRAEL

Lebanon - Perang yang berkecamuk baru-baru ini di Lebanon sungguh sangat mengkhawatirkan. Itu mengingatkan perang saudara di sana yang dulu pernah terjadi selama bertahun-tahun. Bedanya, bila dulu terjadi antara Muslim dan Kristen Lebanon, tetapi kini terjadi antara Syi’ah yang diwakili HEZBULLAH dan Pemerintah Lebanon, yang didukung kaum SUNNI dan Kristen.

Hal inilah yang diungkapakn Syaikh Mohammed Ali Gouzou, mufti Pegunungan Lebanon (PL). Ia menegaskan, dengan ditingkatkannya serangan oleh Hezbullah di Beirut tidak lain hanya ingin menghinakan kaum SUNNI Lebanon. Ia menyatakan dengan keras, IRAN berada di balik semua apa yang terjadi di Lebanon saat ini.



Dalam keterangan persnya kepada surat kabar ‘El Watan,’ yang terbit di Kuwait, Syaikh Gouzou mengatakan, “Kengototan HEZBULLAH dalam sikap kriminalnya bertujuan untuk meletakkan tangannya atas bumi Beirut dan memaksakan persyaratannya atas pemerintah Lebanon yang sah.” Ia menilai, ancaman-ancaman yang dilontarkan Hezbullah terhadap media massa ‘Kelompok Masa Depan,’ merupakan teror resmi.

Ia menjelaskan, HEZBULLAH telah menyatakan perang membabi buta terhadap Beirut dan perkampungan yang dihuni kaum Sunni hanya karena masalah sepele, yaitu masalah adanya jaringan telepon yang mereka kelola dinyatakan ilegal oleh pemerintah. Ia menyiratkan, “Seharusnya pihak Hezbullah berdialog dengan pemerintah Lebanon dalam masalah ini ketimbang kita menemukan bergugurannya korban tewas setiap hari, seakan-akan kami adalah musuh, bukan ISRAEL.!”

IRAN Di Balik Apa Yang Terjadi Di LEBANON

Mufti PL itu menegaskan, Hasan Nasrullah, sekjen HEZBULLAH telah berubah, dari memerangi ISRAEL kini beralih membunuhi orang-orang tak berdosa dan menimbulkan isu sektarian. Ia menyatakan dengan tegas, Iran berada di balik apa yang terjadi di Lebanon, di mana senjata milik Hezbullah berikut harta bendanya berasal dari IRAN.!

Gouzou mengeritik duta besar IRAN di Lebanon karena berbicara seakan-akan merupakan salah satu pihak yang berseteru di Lebanon. Dalam waktu yang sama, ia juga mengecam permusuhan HEZBULLAH terhadap mantan presiden Lebanon yang tewas, Rafiq El Harieri yang telah membangun Lebanon.

Ia menyiratkan, Rafiq El Harieri telah memberikan bantuan yang berlimpah kepada Syi’ah, menanggung pendidikan anak-anak serta merawat korban luka dan tewas mereka. Ia bertanya-tanya, “Kenapa bandara dihentikan aktifitasnya dan perusahaan penerbangan dilarang beroperasi.?” “Kenapa permusuhan ini beralih ke Saad El Harieri (putra Rafiq El Harieri-red) setelah ayahandanya wafat.?”

Syaikh Gouzou menyatakan rasa sedihnya karena warga Lebanon kini tidak dapat lagi berjalan dengan aman di jalan raya dan merasakan kematian menunggu mereka di setiap tempat.
Ia juga menegaskan, HEZBULLAH telah menyingkap wajah terorisnya yang sangat fanatik dan keras kepala. Ia menyiratkan, HEZBULLAH ingin menghinakan kaum SUNNI.

Syaikh Gouzou juga mengingatkan umat Islam di seluruh dunia agar tidak tertipu dengan slogan-slogan ‘palsu’ HEZBULLAH.! Ia menjelaskan, HEZBULLAH bersembunyi di balik slogan perjuangan agar dapat menyusup ke jalan-jalan yang dihuni komunitas Muslim Sunni, lalu menimbulkan fitnah di setiap tempat di negeri itu.

Mufti PL itu menyudahi dengan menegaskan, HEZBULLAH amat berbahaya bagi semua orang, bukan hanya Lebanon. Karena itu, bahaya ini harus dihadapi bersama-sama, sebab bahaya yang ditimbulkannya itu tidak kurang dari bahaya yang ditimbulkan ISRAEL.!!


Selengkapnya...

Kamis, 29 Oktober 2009

Aleg Australia Gentar Melihat Pertumbuhan Komunitas Muslim

Komunitas Muslim mengalami pertumbuhan yang cepat di negara-negara non-Muslim dan membuat gentar mereka yang anti-Islam dan Muslim. Kelompok-kelompok anti-Muslim di Inggris sudah mulai menunjukkan kekhawatirannya melihat makin bertambahnya populasi Muslim di negeri itu dengan melakukan aksi-aksi protes. Di Australia, seorang anggota legislatif dari kelompok Liberal dan pernah menjadi menteri, mulai mempermasalahkan makin bertambahnya populasi Muslim di Negeri Kanguru itu.

Kevin Andrews, nama anggota legislatif itu menyerukan untuk menggelar debate tentang pesatnya pertumbuhan komunitas Muslim di Australia. "Memiliki satu etnis atau satu kelompok tertentu yang terkonstrasi di sebuah wilayah dalam jangka waktu yang lama, bukan hal yang baik," ujar Andrews dalam siaran di Radio Macquarie

Pernyataan Andrews membuat pemerintah dan kelompok oposisi di Australia bereaksi keras. Mereka menilai Andrews telah melontarkan pernyataan bernuansa rasis. Menteri Urusan Imigrasi, Chris Evans menegaskanbahwa pemerintahan Rudd (Kevin Rudd, PM Australia-red) tidak sejalan dengan pemikiran Andrews dan tidak akan terlibat dalam debat yang diusulkannya.

"Sebagai mantan menteri urusan imigrasi, Andrews seharusnya tahu bahwa program imigrasi di Australia tidak diskriminatif berdasarkan agama maupun ras," tukas Evans.

Sementara, pimpinan Green-kelompok oposisi di Australia-Bob Brown menilai Andrews tidak patut mengeluarkan pernyataan semacam itu. Partai Liberal sendiri, partai tempat Andrews bernaung, menolak dihubung-hubungkan dengan pernyataan anti-Muslim Andrew.

"Pendekatan koalisi tidak memandang orang dari warna kulit, latar belakang etnis, tapi lebih fokus pada apa yang telah mereka kontribusikan," tukas Greg Hunt, tokoh Partai Liberal.

Komunitas Muslim di Australia sudah melewati perjalanan panjang sejarah negeri itu. Komunitas Muslim sudah bermukim di Australi sejak lebih dari 200 tahun yang lalu. Sekarang, Islam menjadi agama kedua terbesar di Australia setelah Kristen dan penduduk Muslim di Australia meliputi 1,5 persen dari 20 juta total jumlah penduduk negei itu. (Era Muslim)

Selengkapnya...

Rabu, 28 Oktober 2009

Berhala Modern Itu Bernama Nasionalisme

Ada sebuah ayat di dalam Al-Qur’an yang mengisyaratkan bahwa suatu masyarakat sengaja menjadikan ”berhala” tertentu sebagai perekat hubungan antara satu individu dengan individu lainnya. Sedemikian rupa ”berhala” itu diagungkan sehingga para anggota masyarakat yang ”menyembahnya” merasakan tumbuhnya semacam ”kasih-sayang” di antara mereka satu sama lain.Suatu bentuk kasih-sayang yang bersifat artifisial dan temporer. Ia bukan kasih-sayang yang sejati apalagi abadi. Gambaran mengenai berhala pencipta kasih-sayang palsu ini dijelaskan berkenaan dengan kisah Nabiyullah Ibrahim ’alaihis-salam.

“Dan berkata Ibrahim ’alaihis-salam: "Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu sembah selain Allah adalah untuk menciptakan perasaan kasih sayang di antara kamu dalam kehidupan dunia ini kemudian di hari kiamat sebahagian kamu mengingkari sebahagian (yang lain) dan sebahagian kamu melaknati sebahagian (yang lain); dan tempat kembalimu ialah neraka, dan sekali-kali tak ada bagimu para penolongpun.” (QS Al-Ankabut ayat 25)

"Berhala-berhala" di zaman dahulu adalah berupa patung-patung yang disembah dan dijadikan sebab bersatunya mereka yang sama2 menyembah berhala patung itu padahal berhala itu merupakan produk bikinan manusia. Di zaman modern sekarang "berhala" bisa berupa aneka isme/ ideologi/ falsafah/ jalan hidup/ way of life/ sistem hidup/ pandangan hidup produk bikinan manusia.Manusia di zaman skrg juga "menyembah" berhala-berhala modern tersebut dan mereka menjadikannya sebagai "pemersatu" di antara aneka individu dan kelompok di dalam masyarakat. Berhala modern itu menciptakan semacam persatuan dan kasih-sayang yang berlaku sebatas kehidupan mereka di dunia saja. Berhala modern itu bisa memiliki nama yang beraneka-ragam. Tapi apapun namanya, satu hal yang pasti bahwa ia semua merupakan produk fikiran terbatas manusia. Ia bisa bernama Komunisme, Sosialisme, Kapitalisme, Liberalisme, Nasionalisme atau apapun selain itu.

Semenjak runtuhnya tatanan kehidupan bermasyarakat dan bernegara ummat Islam 85 tahun yang lalu bangsa-bangsa Muslim di segenap penjuru dunia mulai menjalani kehidupan sosialberlandaskan sebuah faham yang sesungguhnya asing bagi mereka. Faham itu bernama Nasionalisme. Ketika Khilafah Islamiyyah masih tegak dan menaungi kehidupan sosial ummat, mereka menghayati bahwa hanya aqidah Islam Laa ilaha illa Allah sajalah yang mempersatukan mereka satu sama lain. Hanya aqidah inilah yang menyebabkan meleburnya sahabat Abu Bakar yang Arab dengan Salman yang berasal dari Persia dengan Bilal yang orang Ethiopia dengan Shuhaib yang berasal dari bangsa Romawi. Mereka menjalin al-ukhuwwah wal mahabbah (persaudaraan dan kasih sayang) yang menembus batas-batas suku, bangsa, warna kulit, asal tanah-air dan bahasa. Dan yang lebih penting lagi bahwa ikatan persatuan dan kesatuan yang mereka jalin menembus batas dimensi waktu sehingga tidak hanya berlaku selagi mereka masih di dunia semata, melainkan jauh sampai kehidupan di akhirat kelak. Mengapa? Karena ikatan mereka berlandaskan perlombaan meningkatkan ketaqwaan kepada Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Hidup lagi Maha Abadi.

”Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.” (QS Az-Zukhruf ayat 67)

Orang-orang beriman tidak ingin menjalin pertemanan yang sebatas akrab di dunia namun di akhirat kemudian menjadi musuh satu sama lain. Oleh karenanya, mereka tidak akan pernah mau mengorbankan aqidahnya yang mereka yakini akan menimbulkan kasih-sayang hakiki dan abadi. Sesaatpun mereka tidak akan mau menggadaikan aqidahnya dengan faham atau ideologi selainnya. Sebab aqidah Islam merupakan pemersatu yang datang dan dijamin oleh Penciptanya pasti akan mewujudkan kehidupan berjamaah sejati dan tidak bakal mengantarkan kepada perpecahan dan bercerai-berainya jamaah tersebut.

”Dan berpegang teguhlah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah dalam jamaah, dan janganlah kamu bercerai berai.” (QS Ali Imran ayat 103)

Sewaktu ummat Islam hidup di bawah naungan Syariat Allah dalam tatanan Khilafah Islamiyyah mereka tidak mengenal bentuk ikatan kehidupan sosial selain Al-Islam. Mereka tidak pernah membangga-banggakan perbedaan suku dan bangsa satu sama lain. Betapapun realitas suku dan bangsa memang tetap wujud, tetapi ia tidak pernah mengalahkan kuatnya ikatan aqidah di dalam masyarakat. Sedangkan setelah masing-masing negeri kaum muslimin mengikuti jejak langkah Republik Turki Modern Sekuler, maka mulailah mereka mengekor kepada dunia barat yang hidup dengan membanggakan Nasionalisme masing-masing bangsa. Padahal bangsa-bangsa Barat tidak pernah benar-benar berhasil membangun soliditas sosial melalui man-made ideology tersebut. Akhirnya bangsa-bangsa Muslim mulai sibuk mencari-cari identitas Nasionalisme-nya masing-masing. Mulailah orang Indonesia lebih bangga dengan ke-Indonesiaannya daripada ke-Islamannya. Bangsa Mesir bangga dengan ke-Mesirannya. Bangsa Saudi bangga dengan ke-Saudiannya. Bangsa Turki bangga dengan ke-Turkiannya. Lalu perlahan tapi pasti kebanggaan akan Islam sebagai perekat hakiki dan abadi kian tahun kian meluntur.

Sehingga di dalam kitab Fi Zhilalil Qur’an Asy-Syahid Sayyid Qutb rahimahullah menulis komentar mengenai surah Al-Ankabut ayat 25 di atas sebagai berikut:

Ia (Ibrahim) ’alaihis-salam berkata kepada mereka (kaumnya), “Kalian menjadikan berhala-berhala sebagai sesembahan selain Allah, yang kalian lakukan bukan karena kalian mempercayai dan meyakini berhaknya berhala-berhala itu untuk disembah. Namun, itu kalian lakukan karena basa-basi kalian satu sama lain, dan karena keinginan untuk menjaga hubungan baik kalian satu sama lain, untuk menyembah berhala ini. Sehingga, seorang teman tak ingin meninggalkan sesembahan temannya (ketika kebenaran tampak baginya) semata karena untuk menjaga hubungan baik di antara mereka, dengan mengorbankan kebenaran dan akidah!”

Hal ini terjadi di tengah masyarakat yang tak menjadikan akidah dengan serius. Sehingga, mereka saling berusaha menyenangkan temannya dengan mengorbankan akidahnya, dan melihat masalah akidah itu sebagai sesuatu yang lebih rendah dibandingkan jika ia harus kehilangan teman! Ini adalah keseriusan yang benar-benar serius. Keseriusan yang tak menerima peremehan, santai, atau basa-basi.

Kemudian Ibrahim’alaihis-salam menyingkapkan kepada mereka lembaran mereka di akhirat. Hubungan sesama teman yang mereka amat takut jika terganggu karena akidah, dan yang membuat mereka terpaksa menyembah berhala karena untuk menjaga hubungan itu, ternyata di akhirat menjadi permusuhan, saling kecam, dan perpecahan.

”...Kemudian di hari Kiamat sebagian kamu mengingkari sebagian (yang lain) dan sebagian kamu melaknati sebagian (yang lain)....”

Hari ketika para pengikut mengingkari orang-orang yang diikutinya, orang-orang yang dibeking mengkafirkan orang-orang yang membekingnya, setiap kelompok menuduh temannya sebagai pihak yang menyesatkannya, dan setiap orang yang sesat melaknat teman yang menyesatkannya!

Kemudian kekafiran dan saling melaknat itu tak bermanfaat sama sekali, serta tak dapat menghalangi azab bagi siapapun.

”...Dan tempat kembalimu ialah neraka, dan sekali-kali tak ada bagimu para penolong pun.”

Mereka (kaumnya Nabi Ibrahim ’alaihis-salam) pernah menggunakan api untuk membakar Ibrahim ’alaihis-salam, tapi Allah kemudian membela dan menyelamatkan Ibrahim ’alaihis-salam dari api itu. Sementara mereka tak ada yang dapat menolong mereka dan tak ada keselamatan bagi mereka!

Saudaraku, marilah kita tinggalkan segala bentuk “berhala modern” yang sadar ataupun tidak selama ini kita “sembah”. Kita jadikan faham selain Islam sebagai sebuah perekat antara satu sama lain, padahal persatuan dan kasih-sayang yang dihasilkannya hanya bersifat fatamorgana. Marilah hanya AL-ISLAM yang kita jadikan "faktor pemersatu" yang pasti terjamin akan mempersatukan kita di dunia dan di akhirat. Al-Islam bukan produk manusia melainkan produk Allah Yg Maha Tahu dan Maha Sempurna pengetahuannya.

Sedemikian hebatnya pengaruh Nasionalisme sehingga sebagian orang yang mengaku berjuang untuk kepentingan ummat-pun takluk di bawah ideologi buatan manusia yang satu ini. Betapa ironisnya perjuangan para politisi Islam tatkala mereka rela untuk menunjukkan inkonsistensi-nya di hadapan seluruh ummat demi meraih penerimaan dari fihak lain yang jelas-jelas mengusung Nasionalisme. Seolah kelompok yang mengusung ideologi Islam harus siap mengorbankan apapun demi mendapatkan keridhaan kelompok yang mengusung Nasionalisme. Seolah memelihara persatuan dan soliditas berlandaskan Nasionalisme jauh lebih penting dan utama daripada mewujudkan al-ukhuwwah wal mahabbah (persaudaraan dan kasih sayang) berlandaskan aqidah Islam.

Sedemikian dalamnya faham Nasionalisme telah merasuk ke dalam hati sebagian orang yang mengaku memperjuangkan aspirasi politik Islam sehingga rela mengatakan bahwa ”Isyu penegakkan Syariat Islam merupakan isyu yang sudah usang dan tidak relevan.” Tidakkah para politisi ini menyadari bahwa ucapan mereka seperti ini bisa menyebabkan rontoknya eksistensi Syahadatain di dalam dirinya? Dengan kata lain ucapannya telah mengundang virus ke-murtad-an kepada si pengucapnya. Wa na’udzubillahi min dzaalika.

Sebagian orang berdalih bahwa jika kita mengusung syiar ”Penegakkan Syariat Islam” lalu bagaimana dengan nasib orang-orang di luar Islam? Saudaraku, disinilah tugas kita orang-orang beriman untuk mempromosikan Islam sebagai "faktor pemersatu" yg bersifat Rahmatan lil 'aalamiin. Tidakkah terasa aneh bila "mereka" bisa dan boleh dibiarkan mendikte aneka isme/ ideologi/ falsafah/ jalan hidup/ way of life/ sistem hidup/ pandangan hidup produk bikinan manusia kepada kita umat Islam, sedangkan kita umat Islam tidak mampu –bahkan kadang tidak mau- mempromosikan (baca: berda'wah) menyebarluaskan ajaran Allah kepada "mereka"? Wallahua'lam.-

”Dan Janganlah kamu percaya melainkan kepada orang yang mengikuti agamamu. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk (yang harus diikuti) ialah petunjuk Allah, dan (janganlah kamu percaya) bahwa akan diberikan kepada seseorang seperti apa yang diberikan kepadamu, dan (jangan pula kamu percaya) bahwa mereka akan mengalahkan hujjahmu di sisi Tuhanmu". (QS Ali Imran ayat 73)

Tulisan Ust. Ihsan Tandjung di Era Muslim.


Selengkapnya...

Minggu, 25 Oktober 2009

Hujjah lucu, pendukung visualisasi Nabi...

Munculnya pin dengan gambar yang diklaim sebagai wajah Rasulullah di Makassar, membuat gempar ummat Islam se-Indonesia. Bagaimana tidak, memvisualisasikan Rasulullah dalam bentuk apapun, adalah sesuatu yang TIDAK BOLEH dalam Islam. Tapi, dibalik kegelisahan ummat, muncul orang-orang yang justru mendukung visualisasi ini, pada umumnya mereka adalah orang yang mengaku-ngaku sebagai pencinta Ahlul Bait (Syiah) yang tergabung dalam berbagai organisasi. Pada dasarnya, visualisasi yang diklaim sebagai wajah Rasulullah itu bukan sesuatu yang baru, visualisasi itu banyak muncul di Internet, dan bila kita teliti melihat siapa yang memuatnya, maka kita akan tahu dari golongan mana dia..., namun bagi mereka, kampanye visualisasi itu mungkin tidak begitu berhasil, sehingga dengan sedikit spekulasi mereka berani "berkampanye" lewat pin. Sayang, justru hal tersebut mendapat penentangan dari masyarakat.
Saya membaca sebuah tulisan di sebuah blog yang dibuat oleh seorang mahasiswa Iran asal Indonesia, tentang alasan bolehnya memvisualisasikan wajah Rasulullah, tapi sungguh, saya tertawa sendiri di depan monitor komputer, karena lucunya alasan itu.

Dalam tulisannya, ia mengatakan bahwa "Kalau penulisan sejarah dibenarkan, mengapa menggambarnya disalahkan, sementara hakekatnya sama. Gambar dan tulisan adalah goresan-goresan tinta di atas kanvas. Ketika sahabat meriwayatkan, bahwa Nabi Muhammad saww memiliki bibir yang sempurna, tidak tebal dan tidak tipis itu adalah penilaian salah seorang sahabat, yang bisa jadi berbeda dengan sahabat yang lain. Begitupun jika digambar berdasarkan deskripsi itu. Menolak visualisasi wajah Nabi, sama halnya kita menolak riwayat-riwayat yang mendeskripsikan keindahan wajah Nabi lewat kata-kata. Apa bedanya hidung mancung dengan kata-kata, dengan hidung mancung dalam bentuk gambar? Bukankah itu sama-sama upaya pendekatan agar sebuah wajah bisa sedikit dibayangkan?." Sebenarnya, tidak perlu berfikir terlalu jauh untuk bisa menjawab bahwa deskripsi wajah nabi dengan kata-kata seperti yang banyak dilakukan para Sahabat Rasulullah tentu saja sangat berbeda dengan visualisasi wajah nabi dengan lukisan. Mari sedikit beranalogi, ketika Buku Harry Potter pertama diterbitkan, semua pembacanya punya bayangan masing-masing tentang sosok Harry Potter yang dideskripsikan JK. Rowling dalam bukunya itu. Tapi keadaan berubah setelah Harry Potter dibuat dalam bentuk film, sekarang jika kita menunjukkan foto Daniel Radcliffe dan bertanya apakah ini Harry Potter? maka umumnya akan menjawab iya, padahal sebelum filmnya beredar, tidak ada yang menyamakan antara Harry Potter dan Daniel Radcliffe, bahkan JK. Rowling sendiri mengakui, bahwa ketika menulis Harry Potter, ia tidak pernah membayangkan bahwa Harry Potter aka seganteng itu. Ya, seseorang yang mendeskripsikan bisa berbeda pandangan dengan orang lain yang memvisualisasikan, walaupun yang memvisualisasikan berdalih bahwa visualisasinya berdasarkan pada deskripsi orang tersebut. Jadi, bagaimana bisa dikatakan sama antara deskripsi dengan kata-kata dan visualisasi dengan gambar? lucu kan? Ha...ha...
Teman ini juga menulis bahwa, "pemerintah dan Ulama Iran hanya sekedar menghimbau untuk tidak meyakini secara mutlak bahwa itu benar gambar wajah Rasulullah saww, tidak ada larangan apalagi ancaman hukuman bagi yang menyimpan dan memilikinya." Saya heran pada ulama Iran, kenapa tidak melarang? Bukankah mencegah lebih utama, ketimbang "mengobati" setelah penyakitnya muncul? Dan terbukti, sebagian rakyat Iran meyakini bahwa itu adalah sketsa wajah Rasulullah, seperti yang diakui sendiri oleh penulis, "Meskipun pada dasarnya masyarakat Iran sendiri sudah kehilangan sejarah mengenai asal-usul gambar tersebut, tetap saja diantara mereka ada yang mengklaim bahwa wajah tersebut benar-benar sketsa wajah Nabi..."
Pernyataan di atas juga memunculkan tanda tanya besar, masyarakat syiah yang katanya ilmiah, begitu mudahnya mempercayai sesuatu yang fundamental dalam agama hanya berdasarkan pada praduga, sesuatu yang tidak jelas asal-usulnya. Mungkin semua doktrin yang mereka fahami awalnya hanyalah praduga yang tidak jelas asal-usulnya. Hem...
Oh, iya. Dalam tulisannya yang lain, ia berpendapat bahwa banyak tradisi Syiah yang bersesuaian dengan tradisi Islam di Indonesia. Sayangnya, tradisi memvisualisasikan wajah Nabi tidak bersesuaian dengan Islam di Indonesia....
Cinta memang kadang menngelikan, dan kadang-kadang menggilakan!

Selengkapnya...

Perlawanan Sastra

(Pidato Kebudayaan Taufik Ismail di IPB)
Sederetan gelombang besar menggebu-gebu menyerbu pantai Indonesia, naik kedaratan, masuk ke pedalaman. Gelombang demi gelombang ini datang susun-bersusun dengan suatu keteraturan, mulai 1998 ketika reformasi meruntuhkan represi 39 tahun gabungan zaman Demokrasi Terpimpin dan Demokrasi Pembangunan, dan membuka lebar pintu dan jendela Indonesia. Hawa ruangan yang sumpek dalam dua zaman itu berganti dengan kesegaran baru. Tapi tidak terlalu lama, kini digantikan angin yang semakin kencang dan arus menderu-deru.
Kebebasan berbicara, berpendapat, dan mengeritik, berdiri-menjamurnya partai-partai politik baru, keleluasaan berdemonstrasi, ditiadakannya SIUPP (izin penerbitan pers), dilepaskannya tahanan politik, diselenggarakannya pemilihan umum bebas dan langsung, dan seterusnya, dinikmati belum sampai sewindu, tapi sementara itu silih berganti beruntun-runtun belum terpecahkan krisis yang tak habis-habis. Tagihan rekening reformasi ternyata mahal sekali.
Bahana yang datang terlambat dari benua-benua lain itu menumbuh dan menyuburkan kelompok permissif dan addiktif negeri kita, yang sejak 1998 naik daun. Arus besar yang menderu-deru menyerbu kepulauan kita adalah gelombang sebuah gerakan syahwat merdeka. Gerakan tak bersosok organisasi resmi ini tidak berdiri sendiri, tapi bekerjasama bahu-membahu melalui jaringan mendunia, dengan kapital raksasa mendanainya, ideologi gabungan yang melandasinya, dan banyak media massa cetak dan elektronik jadi pengeras suaranya.
Siapakah komponen gerakan syahwat merdeka ini?
PERTAMA adalah praktisi sehari-hari kehidupan pribadi dan kelompok dalam perilaku seks bebas hetero dan homo, terang-terangan dan sembunyi-sembunyi. Sebagian berjelas-jelas anti kehidupan berkeluarga normal, sebagian lebih besar, tak mau menampakkan diri.
KEDUA, penerbit majalah dan tabloid mesum, yang telah menikmati tiada perlunya SIUPP. Mereka menjual wajah dan kulit perempuan muda, lalu menawarkan jasa hubungan kelamin pada pembaca pria dan wanita lewat nomor telepon genggam, serta mengiklankan berbagai alat kelamin tiruan (kue pancong berkumis dan lemper berbaterai) dan boneka karet perempuan yang bisa dibawa bobok bekerjasama.
KETIGA, produser, penulis skrip dan pengiklan acara televisi syahwat. Seks siswa dengan guru, ayah dengan anak, siswa dengan siswa, siswa dengan pria paruh baya, siswa dengan pekerja seks komersial —- ditayangkan pada jam prime time, kalau pemainnya terkenal. Remaja berseragam OSIS memang menjadi sasaran segmen pasar penting tahun-tahun ini. Beberapa guru SMA menyampaikan keluhan pada saya. “Citra kami guru-guru SMA di sinetron adalah citra guru tidak cerdas, kurang pergaulan dan memalukan.” Mari kita ingat ekstensifnya pengaruh tayangan layar kaca ini. Setiap tayangan televisi, rata-rata 170.000.000 yang memirsa. Seratus tujuh puluh juta pemirsanya.
KEEMPAT, 4,200,000 (empat koma dua juta) situs porno dunia, 100,000 (seratus ribu) situs porno Indonesia di internet. Dengan empat kali klik di komputer, anatomi tubuh perempuan dan laki-laki, sekaligus fisiologinya, dapat diakses tanpa biaya, sama mudahnya dilakukan baik dari San Francisco, Timbuktu, Rotterdam mau pun Klaten.
Pornografi gratis di internet luarbiasa besar jumlahnya. Seorang sosiolog Amerika Serikat mengumpamakan serbuan kecabulan itu di negaranya bagaikan “gelombang tsunami setinggi 30 meter, dan kami melawannya dengan dua telapak tangan.”
Di Singapura, Malaysia, Korea Selatan situs porno diblokir pemerintah untuk terutama melindungi anak-anak dan remaja. Pemerintah kita tidak melakukan hal yang sama.
KELIMA, penulis, penerbit dan propagandis buku syahwat ¼ sastra dan ½ sastra. Di Malaysia, penulis yang mencabul-cabulkan karyanya penulis pria. Di Indonesia, penulis yang asyik dengan wilayah selangkang dan sekitarnya mayoritas penulis perempuan. Ada kritikus sastra Malaysia berkata: “Wah, pak Taufiq, pengarang wanita Indonesia berani-berani. Kok mereka tidak malu, ya?” Memang begitulah, RASA MALU ITU YANG SUDAH TERKIKIS, bukan saja pada penulis-penulis perempuan aliran s.m.s. (sastra mazhab selangkang) itu,
bahkan lebih-lebih lagi pada banyak bagian dari bangsa.
KEENAM, penerbit dan pengedar komik cabul. Komik yang kebanyakan terbitan Jepang dengan teks dialog diterjemahkan ke bahasa kita itu tampak dari kulit luar biasa-biasa saja, tapi di dalamnya banyak gambar hubungan badannya, misalnya (bukan main) antara siswa dengan Bu Guru. Harganya Rp 2.000. Sebagian komik-komik itu tidak semata lucah saja, tapi ada pula kadar ideologinya. Ideologinya adalah anjuran perlawanan pada otoritas orangtua dan guru, yang banyak aturan ini-itu, termasuk terhadap seks bebas. Dalam salah satu komik itu saya baca kecaman yang paling sengit adalah pada Menteri Pendidikan Jepang. Tentu saja dalam teks terjemahan berubah, yang dikecam jadinya Menteri Pendidikan Nasional kita.
KETUJUH, produsen, pengganda, pembajak, pengecer dan penonton VCD/DVD biru. Indonesia kini jadi sorga besar pornografi paling murah di dunia, diukur dari kwantitas dan harganya. Angka resmi produksi dan bajakan tidak saya ketahui, tapi literatur menyebut antara 2 juta - 20 juta keping setahun. Harga yang dulu Rp 30.000 sekeping, kini turun menjadi Rp 3.000, bahkan lebih murah lagi. Dengan biaya 3 batang rokok kretek yang diisap 15 menit, orang bisa menonton sekeping VCD/DVD biru dengan pelaku kulit putih dalam 6 posisi selama 60 menit. Luarbiasa murah. Anak SD kita bisa membelinya tanpa risi tanpa larangan peraturan pemerintah.
Seorang peneliti mengabarkan bahwa di Jakarta Pusat ada murid-murid laki-laki yang kumpul dua sore seminggu di rumah salah seorang dari mereka, lalu menayangkan VCD-DVD porno. Sesudah selesai mereka onani bersama-sama. Siswa sekolah apa, dan kelas berapa? Siswa SD, kelas lima. Tak diceritakan apa ekses selanjutnya.
KEDELAPAN, fabrikan dan konsumen alkohol. Minuman keras dari berbagai merek dengan mudah bisa diperoleh di pasaran. Kemasan botol kecil diproduksi, mudah masuk kantong celana, harga murah, dijual di kios tukang rokok di depan sekolah, remaja dengan bebas bisa membelinya. Di Amerika dan Eropa batas umur larangan di bawah 18 tahun. Negeri kita pasar besar minuman keras, jualannya sampai ke desa-desa.
KESEMBILAN, produsen, pengedar dan pengguna narkoba. Tingkat keterlibatan Indonesia bukan pada pengedar dan pengguna saja, bahkan kini sampai pada derajat produsen dunia. Enam juta anak muda Indonesia terperangkap sebagai pengguna, ratusan ribu menjadi korbannya.
KESEPULUH, fabrikan, pengiklan dan pengisap nikotin. Korban racun nikotin 57.000 orang / tahun, maknanya setiap hari 156 orang mati, atau setiap 9 menit seorang pecandu rokok meninggal dunia. Pemasukan pajak 15 trilyun (1996), tapi ongkos pengobatan berbagai penyakit akibatnya 30 trilyun rupiah.
Mengapa alkohol, narkoba dan nikotin termasuk dalam kategori kontributor arus syahwat merdeka ini? Karena sifat addiktifnya, kecanduannya, yang sangat mirip, begitu pula proses pembentukan ketiga addiksi tersebut dalam susunan syaraf pusat manusia. Dalam masyarakat permissif, interaksi antara seks dengan alkohol, narkoba dan nikotin, akrab sekali, sukar dipisahkan. Interaksi ini kemudian dilengkapi dengan tindak kriminalitas berikutnya, seperti pemerasan, perampokan sampai pembunuhan. Setiap hari berita semacam ini dapat dibaca di koran-koran.
KESEBELAS, pengiklan perempuan dan laki-laki panggilan. Dalam masyarakat permissif, iklan semacam ini menjadi jembatan komunikasi yang diperlukan.
KEDUABELAS, germo dan pelanggan prostitusi. Apabila hubungan syahwat suka-sama-suka yang gratis tidak tersedia, hubungan dalam bentuk perjanjian bayaran merupakan jalan keluarnya. Dalam hal ini prostitusi berfungsi.
KETIGABELAS, dokter dan dukun praktisi aborsi. Akibat tujuh unsur pertama di atas, kasus perkosaan dan kehamilan di luar pernikahan meningkat drastis. Setiap hari dapat kita baca kasus siswa SMP/SMA memperkosa anak SD, satu-satu atau rame-rame, ketika papi-mami tak ada di rumah dan pembantu pergi ke pasar berbelanja. Setiap ditanyakan apa sebab dia/mereka memperkosa, selalu dijawab ‘karena terangsang sesudah menonton VCD/DVD biru dan ingin mencobakannya. ‘ Praktisi aborsi gelap menjadi tempat pelarian, bila kehamilan terjadi.
Seorang peneliti dari sebuah universitas di Jakarta menyebutkan bahwa angka aborsi di Indonesia 2,2 juta setahunnya. Maknanya setiap 15 detik seorang calon bayi di suatu tempat di negeri kita meninggal akibat dari salah satu atau gabungan ketujuh faktor di atas. Inilah produk akhirnya. Luar biasa destruksi sosial yang diakibatkannya.
Dalam gemuruh gelombang gerakan syahwat merdeka ini, pornografi dan pornoaksi menjadi bintang panggungnya, melalui gemuruh kontroversi pro-kontra RUU APP.
Karena satu-dua-atau beberapa kekurangan dalam RUU itu, yang total kontra menolaknya, tanpa sadar terbawa dalam gelombang gerakan syahwat merdeka ini. Tetapi bisa juga dengan sadar memang mau terbawa di dalamnya.
Salah satu kekurangan RUU itu, yang perlu ditambah-sempurnaka n adalah perlindungan bagi anak-cucu kita, jumlahnya 60 juta, terhadap kekerasan pornografi. Dalam hiruk pikuk di sekitar RUU ini, terlupakan betapa dalam usia sekecil itu 80% anak-anak 9-12 tahun terpapar pornografi, situs porno di internet naik lebih sepuluh kali lipat, lalu 40% anak-anak kita yang lebih dewasa sudah melakukan hubungan seks pra-nikah. Sementara anak-anak di Amerika Serikat dilindungi oleh 6 Undang-undang, anak-anak kita belum, karena undang-undangnya belum ada. KUHP yang ada tidak melindungi mereka karena kunonya. Gelombang Syahwat Merdeka yang menolak total RUU ini berarti menolak melindungi anak-cucu kita sendiri.
Gerakan tak bernama tak bersosok organisasi ini terkoordinasi bahu-membahu menumpang gelombang masa reformasi mendestruksi moralitas dan tatanan sosial. Ideologinya neo-liberalisme, pandangannya materialistik, disokong kapitalisme jagat raya.
Menguji Rasa Malu Diri Sendiri
Seorang pengarang muda meminta pendapat saya tentang cerita pendeknya yang dimuat di sebuah media. Dia berkata, “Kalau cerpen saya itu dianggap pornografis, wah, sedihlah saya.” Saya waktu itu belum sempat membacanya. Tapi saya kirimkan padanya pendapat saya mengenai pornografi. Begini. Misalkan saya menulis sebuah cerpen. Saya akan mentes, menguji karya saya itu lewat dua tahap. Pertama, bila tokoh-tokoh di dalam karya saya itu saya ganti dengan ayah, ibu, mertua, isteri, anak, kakak atau adik saya; lalu kedua, karya itu saya bacakan di depan ayah, ibu, mertua, isteri, anak, kakak, adik, siswa di kelas sekolah, anggota pengajian masjid, jamaah gereja; kemudian saya tidak merasa malu, tiada dipermalukan, tak canggung, tak risi, tak muak dan tidak jijik karenanya, maka karya saya itu bukan karya pornografi.
Tapi kalau ketika saya membacakannya di depan orang-orang itu saya merasa malu, dipermalukan, tak patut, tak pantas, canggung, risi, muak dan jijik, maka karya saya itu pornografis.
Hal ini berlaku pula bila karya itu bukan karya saya, ketika saya menilai karya orang lain. Sebaliknya dipakai tolok ukur yang sama juga, yaitu bila orang lain menilai karya saya. Setiap pembaca bisa melakukan tes tersebut dengan cara yang serupa.
Pendekatan saya adalah pengujian rasa malu itu. Rasa malu itu yang kini luntur dalam warna tekstil kehidupan bangsa kita, dalam terlalu banyak hal. Sebuah majalah mesum dunia dengan selaput artistik, Playboy, menumpang taufan reformasi dan gelombang liberalisme akhirnya terbit juga di Indonesia. Majalah ini diam-diam jadi tempat pelatihan awal onani pembaca Amerika, dan kini, beberapa puluh tahun kemudian, dikalahkan internet, sehingga jadilah publik pembaca Playboy dan publik langganan situs porno internet Amerika masturbator terbesar di dunia. Majalah pabrik pengeruk keuntungan dari kulit tubuh perempuan ini, mencoba menjajakan bentuk eksploitasi kaum Hawa di negeri kita yang pangsa pasarnya luarbiasa besar ini. Bila mereka berhasil, maka bakal berderet antri masuk lagi majalah anti-tekstil di tubuh perempuan dan fundamentalis- syahwat-merdeka seperti Penthouse, Hustler, Celebrity Skin, Cheri, Swank, Velvet, Cherry Pop, XXX Teens dan seterusnya.
Untuk mengukur sendiri rasa malu penerbit dan redaktur Playboy Indonesia, saya sarankan kepada mereka melakukan sebuah percobaan, yaitu mengganti model 4/5 telanjang majalah itu dengan ibu kandung, ibu mertua, kakak, adik, isteri dan anak perempuan mereka sendiri. Saran ini belum berlaku sekarang, tapi kelak suatu hari ketika Playboy Indonesia keluar perilaku aslinya dalam masalah ketelanjangan model yang dipotret. Sekarang mereka masih malu-malu kucing. Sesudah dibuat dalam edisi dummy, promosikan foto-foto itu itu di 10 saluran televisi dan 25 suratkabar. Bagaimana? Berani? Malu atau tidak?
Pendekatan lain yang dapat dipakai juga adalah menduga-memperkirak an-mengingat akibat yang mungkin terjadi sesudah orang membaca karya pornografis itu. Sesudah seseorang membaca, katakan cerpen yang memberi sugesti secara samar-samar terjadinya hubungan kelamin, apalagi kalau dengan jelas mendeskripsikan adegannya, apakah dengan kata-kata indah yang dianggap sastrawi atau kalimat-kalimat brutal, maka pembaca akan terangsang.
Sesudah terangsang yang paling penakut akan onani dan yang paling nekat akan memperkosa. Memperkosa perempuan dewasa tidak mudah, karena itu anak kecil jadi sasaran. Perkosaan banyak terjadi terhadap anak-anak kecil masih bau susu bubuk belum haid yang di rumah sendirian karena papi-mami pergi kerja, pembantu pergi ke pasar, jam 9-10 pagi.
Anak-anak tanggung pemerkosa itu, ketika diinterogasi dan ditanya kenapa, umumnya bilang karena sesudah menonton VCD porno mereka terangsang ingin mencoba sendiri. Merayu orang dewasa takut, mendekati perempuan-bayaran tidak ada uang. Kalau diteliti lebih jauh kasus yang sangat banyak ini (peneliti yang rajin akan bisa mendapat S-3 lewat tumpukan guntingan koran), mungkin saja anak itu juga pernah membaca cerita pendek, puisi, novel atau komik cabul.
Akibat selanjutnya, merebak-meluaslah aborsi, prostitusi, penularan penyakit kelamin gonorrhoea, syphilis, HIV-AIDS, yang meruyak di kota-kota besar Indonesia berbarengan dengan akibat penggunaan alkohol dan narkoba yang tak kalah destruktifnya.
Akibat Sosial Ini Tak Pernah Difikirkan Penulis
Semua rangkaian musibah sosial ini tidak pernah difikirkan oleh penulis cerpen-puisi- novelis erotis yang umumnya asyik berdandan dengan dirinya sendiri, mabuk posisi selebriti, ke sana disanjung ke sini dipuji, tidak pernah bersedia merenungkan akibat yang mungkin ditimbulkan oleh tulisannya. Sejumlah cerpen dan novel pasca reformasi sudah dikatakan orang mendekati VCD/DVD porno tertulis. Maukah mereka membayangkan, bahwa sesudah sebuah cerpen atau novel dengan rangsangan syahwat terbit, maka beberapa ratus atau ribu pembaca yang terangsang itu akan mencontoh melakukan apa yang disebutkan dalam alinea-alinea di atas tadi, dengan segala rentetan
kemungkinan yang bisa terjadi selanjutnya?
Destruksi sosial yang dilakukan penulis cerpen-novel syahwat itu,
beradik-kakak dengan destruksi yang dilakukan produsen-pengedar- pembajak- pengecer VCD/DVD porno, beredar (diperkirakan) sebanyak 20 juta keping, yang telah meruyak di masyarakat kita, masyarakat konsumen pornografi terbesar dan termurah di dunia. Dulu harganya Rp 30.000 sekeping, kini Rp 3.000, sama murahnya dengan 3 batang rokok kretek. Mengisap rokok kretek 15 menit sama biayanya dengan memiliki dan menonton sekeping VCD/DVD syahwat sepanjang 6o menit itu. Bersama dengan produsen alkohol, narkoba dan nikotin, mereka tidak sadar telah menjadi unsur penting pengukuhan masyarakat permissif-addiktif serba-boleh- apa-saja- genjot, yang dengan bersemangat melabrak apa yang mereka anggap tabu selama ini, berpartisipasi meluluh-lantakkan moralitas anak bangsa.
Perzinaan yang Hakekatnya Pencurian adalah Ciri Sastra Selangkang
Akhirnya sesudah mendapatkan korannya, saya membaca cerpen karya penulis yang disebut di atas. Dalam segi teknik penulisan, cerpen itu lancar dibaca. Dalam segi isi sederhana saja, dan secara klise sering ditulis pengarang Indonesia yang pertama kali pergi ke luar negeri, yaitu pertemuan seorang laki-laki di negeri asing dengan perempuan asing negeri itu. Kedua-duanya kesepian. Si laki-laki Indonesia lupa isteri di kampung. Di akhir cerita mereka berpelukan dan berciuman. Begitu saja.
Dalam interaksi yang kelihatan iseng itu, cerpenis tidak menyatakan sikap yang jelas terhadap hubungan kedua orang itu. Akan ke mana hubungan ituberlanjut, juga tak eksplisit. Apakah akan sampai pada hubungan pernikahan atau perzinaan, kabur adanya.
Perzinaan adalah sebuah pencurian. Yang melakukan zina, mencuri hak orang lain, yaitu hak penggunaan alat kelamin orang lain itu secara tidak sah. Pezina melakukan intervensi terhadap ruang privat alat kelamin yang dizinai. Dia tak punya hak untuk itu. Yang dizinai bersekongkol dengan yang melakukan penetrasi, dia juga tak punya hak mengizinkannya. Pemerkosa adalah perampok penggunaan alat kelamin orang yang diperkosa. Penggunaan alat kelamin seseorang diatur dalam lembaga pernikahan yang suci adanya.
Para pengarang yang terang-terangan tidak setuju pada lembaga pernikahan, dan/atau melakukan hubungan kelamin semaunya, yang tokoh-tokoh dalam karyanya diberi peran syahwat merdeka, adalah rombongan pencuri bersuluh sinar rembulan dan matahari. Mereka maling tersamar. Mereka celakanya, tidak merasa jadi maling, karena (herannya) ada propagandis sastra menghadiahi mereka glorifikasi, dan penerbit menyediakan gratifikasi. Propagandis dan penerbit sastra semacam ini, dalam istilah kriminologi, berkomplot dengan maling.
Hal ini berlaku bukan saja untuk karya (yang dianggap) sastra, tapi juga untuk bacaan turisme, rujukan tempat hiburan malam, dan direktori semacam itu. Buku petunjuk yang begitu langsung tak langsung menunjukkan cara berzina, lengkap dengan nama dan alamat tempat berkumpulnya alat-alat kelamin yang dapat dicuri haknya dengan cara membayar tunai atau dengan kartu kredit gesekan.
Sastra selangkang adalah sastra yang asyik dengan berbagai masalah wilayah selangkang dan sekitarnya. Kalau di Malaysia pengarang-pengarang yang mencabul-cabulkan karya kebanyakan pria, maka di Indonesia pengarang sastra selangkang mayoritas perempuan.
Beberapa di antaranya mungkin memang nymphomania atau gila syahwat, hingga ada kritikus sastra sampai hati menyebutnya “vagina yang haus sperma”. Mestinya ini sudah menjadi kasus psikiatri yang baik disigi, tentang kemungkinannya jadi epidemi, dan harus dikasihani.
Bila dua abad yang lalu sejumlah perempuan Aceh, Jawa dan Sulawesi Selatan naik takhta sebagai penguasa tertinggi kerajaan, Sultanah atau Ratu dengan kenegarawanan dan reputasi terpuji, maka di abad 21 ini sejumlah perempuan Indonesia mencari dan memburu tepuk tangan kelompok permissif dan addiktif sebagai penulis sastra selangkang, yang aromanya jauh dari wangi, menyiarkan bau amis-bacin kelamin tersendiri, yang bagi mereka parfum sehari-hari. Dengan Ringan Nama Tuhan Dipermainkan
Di tahun 1971-1972, ketika saya jadi penyair tamu di Iowa Writing Program, Universitas Iowa, di benua itu sedang heboh-hebohnya gelombang gerakan perempuan. Kini, 34-an tahun kemudian, arus riaknya sampai ke Indonesia. Kaum feminis Amerika waktu itu sedang gencar-gencarnya mengumumkan pembebasan kaum perempuan, terutama liberasi kopulasi, kebebasan berkelamin, di koran, majalah, buku dan televisi.
Menyaksikan penampilan para maling hak penggunaan alat kelamin orang lain itu di layar kaca, yang cengengesan dan mringas-mringis seperti Gloria Steinem dan semacamnya, banyak orang mual dan jijik karenanya. Mereka tidak peduli terhadap epidemi penyakit kelamin HIV-AIDS yang meruyak menyebar seantero Amerika Serikat waktu itu, menimpa baik orang laki-laki maupun perempuan, hetero dan homoseksual, akibat kebebasan yang bablas itu.
Di setasiun kereta api bawah tanah New York, seorang laki-laki korban HIV-AIDS menadahkan topi mengemis. Belum pernah saya melihat kerangka manusia berbalut kulit tanpa daging dan lemak sekurus dia itu. Sinar matanya kosong, suaranya parau.
Kematian banyak anggota kelompok ini, terutama di kalangan seniman di tahun 1970-an, tulis seorang esais, bagaikan kematian di medan perang Vietnam. Sebuah orkestra simfoni di New York, anggota-anggotanya bergiliran mati saban minggu karena kejangkitan HIV-AIDS dan narkoba, akibat kebebasan bablas itu. Para pembebas kaum perempuan itu tak acuh pada bencana menimpa bangsa karena asyik mendandani penampilan selebriti diri sendiri. Saya sangat heran. Sungguh memuakkan.
Kalimat bersayap mereka adalah, “This is my body. I’ll do whatever I like with my body.” “Ini tubuhku. Aku akan lakukan apa saja yang aku suka dengan tubuhku ini.” Congkaknya luar biasa, seolah-olah tubuh mereka itu ciptaan mereka sendiri, padahal tubuh itu pinjaman kredit mencicil dari Tuhan, Cuma satu tingkat di atas sepeda motor Jepang dan Cina yang diobral di iklan koran-koran.
Mereka tak ada urusan dengan Maha Produser Tubuh itu. Penganjur masyarakat permissif di mana pun juga, tidak suka Tuhan dilibatkan dalam urusan. Percuma bicara tentang moral dengan mereka. Dengan ringan nama Tuhan dipermainkan dalam karya. Situasi kita kini merupakan riak-riak gelombang dari jauh itu, dari abad 20 ke awal abad 21 ini, advokatornya dengan semangat dan stamina mirip anak-anak remaja bertopi beisbol yang selalu meniru membeo apa saja yang berasal dari Amerika Utara itu.
Penutup
Ciri kolektif seluruh komponen Gerakan Syahwat Merdeka ini adalah budaya malu yang telah kikis nyaris habis dari susunan syaraf pusat dan rohani mereka, dan tak adanya lagi penghormatan terhadap hak penggunaan kelamin orang lain yang disabet-dicopet- dikorupsi dengan entengnya. Tanpa memiliki hak penggunaan kelamin orang lain, maka sesungguhnya Gerakan Syahwat Merdeka adalah maling dan garong genitalia, berserikat dengan alkohol, nikotin dan narkoba, menjadi perantara kejahatan, mencecerkan HIV-AIDS, prostitusi dan aborsi, bersuluh bulan dan matahari.

Selengkapnya...

Jumat, 23 Oktober 2009

Media Isreal Publish Kondisi Ariel Sharon

Sebuah sumber terpercaya dari salah satu media elektronik memberitakan kondisi terakhir Sang Penjagal muslim Palestina, Ariel Sharon. Koran terbitan Israel, "Hume Israel" mengutip informasi ini dari salah satu majalah elektronik harian terkemuka di negerinya. Media ini mempublish kondisi kesehatan mantan PM. Israel, Ariel Sharon yang kini masih menderita stroke dan terbaring koma di rumah sakit selama lebih dari empat tahun.

Sharon yang saat ini usianya menginjak 81 tahun dirawat di RS. Syaiba tak jauh dari kota Tel Aviv. Ia dikabarkan terbaring dalam keadaan kedua mata terus terbuka, para perawat yang menjaganya kemudian menempatkan Sharon di depan televisi yang menayangkan film-film panorama alam, aneka hewan dan terkhusus hewan ternak sapi.

Hubungan Sharon dan Sapi

Majalah ini kemudian menuliskan bahwa keluarga Sharon masih intens menjenguk dan berinteraksi dengan dirinya, ini mengisyaratkan bahwa Sharon masih hidup. Salah satu dari anggota keluarganya kerap membacakan koran harian disampingnya dan mengabarkan perkembangan ternak sapi yang ia miliki di daerah Selatan Israel. Disamping itu ia juga dibacakan beberapa buku dan diperdengarkan musik-musik klasik.

Diceritakan pula, sejak Sharon terkena stroke pada bulan Juli 2006 lalu, ada seorang laki-laki khusus yang ditugaskan mencukur jenggotnya, untuk meminta itu, Sharon sering memberikan isyarat dengan menggerak-gerakkan jari jempol. Dokter-dokter yang merawat Sharon membenarkan hal itu dan memberikan keterangan, kendati Sharon dengan kondisinya yang tergeletak di atas ranjang rumah sakit bertahun-tahun, kemungkinan besar dirinya masih hidup karena denyut jantung dan tekanan darahnya hingga kini masih berjalan normal. Sama seperti kondisi awal kali pertama dirinya masuk rumah sakit pada empat tahun lalu.

Ketika ditanya lebih lanjut sampai kapan kondisi Sharon akan terus menerus seperti ini, Solomo Segev, dokter senior yang merawatnya mengatakan, "Kalau diprediksi dari usia rata-rata di keluarga Sharon, ibu dan neneknya mati di atas usia 90 tahun". Solomo pun kemudian memperkirakan Sharon akan tetap dengan kondisinya seperti ini hingga lewat usianya di atas 90 tahun.

Majalah elektronik itu kemudian menutup beritanya dengan sebuah pertanyaan, apakah Sharon akan sembuh dari komanya? Dokter yang merawatnya kemudian menjawab, “Sharon bukan manusia biasa, ada pasien lain yang berada dalam kondisi koma lebih lama dari Sharon, namun pasien-pasien itu masih dalam usia muda, dengan kata lain, pasien seumuran Sharon biasanya tak bertahan lama, apalagi bisa bertahan hingga empat tahun, kalau itu terjadi, tentu ini diluar kewajaran.”(Era Muslim)

Selengkapnya...

Sabtu, 17 Oktober 2009

Bom bunuh diri adalah jihad?

Asy-Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan, anggota Hai’ah Kibarul Ulama (Majlis Ulama Besar Saudi Arabia) menegaskan bahwa orang-orang yang menyerukan jihad fi sabilillah dengan cara membunuh diri-diri mereka adalah pelaku bunuh diri (bukan jihad) dan mujahid fi sabilis-syaithan (di jalan syaithan).

Beliau mengatakan bahwa orang-orang yang terjatuh ke dalam fitnah ini tidak bertanya kepada ulama dan tidak belajar kepada mereka melainkan mereka memisahkan diri dari ummat Islam dan berafiliasi kepada pihak-pihak yang mereka adalah thaghut-thaghut dari bangsa manusia yang mencuci otak mereka sehingga tampil dalam bentuk yang berbeda, mengkafirkan kaum muslimin, membunuhi mereka, menghancurkan gedung-gedung, meledakkan dan membunuh anak-anak, orang-orang tua, laki-laki, perempuan, orang Islam, kafir mu’ahad, ahlu dzimmah dan kafir musta’man disebabkan pemikiran sesat ini. Dan ini akibat yang dirasakan oleh orang-orang yang condong kepada pelaku kejahatan dan da’i-da’i yang diceritakan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam ketika beliau ditanya tentang fitnah-fitnah akhir zaman, beliau berkata, “(mereka) da’i-da’i kepada pint-pintu jahannam siapasaja yang mengikuti mereka akan dilemparkan ke dalamnya (jahannam).”
Dan inilah realitanya sekarang, benarlah sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, ketika mereka condong kepada da’i-da’i sesat, jadilah mereka dilemparkan ke dalam jahannam. Dan semua pihak geram terhadap mereka dan membenci perbuatan mereka sampai orang-orang kafir, apalagi kaum muslimin, tidak seorangpun senang dengan apa yang mereka buat kecuali orang-orang yang sepaham dengan mereka dan seperti mereka.

Beliau juga menjelaskan bahwa fitnah ini amatlah besar, wajib bagi seorang muslim untuk memiliki bashirah terhadapnya dan tidak tergesa-gesa dan bertanya kepada ulama dan meminta kepada Allah keselamatan dan jangan gampang mempercayai seseorang sebelum mengerti betul hakikat dia yang sesungguhnya dan seberapa jauh keistiqamahan dia di atas al-hak, meskipun menampakkan kebaikan atau rajin ibadah dan memiliki pembelaan terhadap Islam.
Adapun orang yang menampakkan kebaikan dan kebenaran tapi tidak diketahui hakikat sesungguhnya, kita tidak tergesa-gesa memvonisnya sekaligus jangan langsung mempercayainya, sampai kita kenal hakikat sebenarnya, adabnya, kehidupannya. Karena tidaklah terjadi bencana ini melainkan bersumber dari sikap husnuz-zan tanpa landasan ilmu dan tanpa bertanya kepada ulama dan ahlinya. Dari sinilah terjadi bencana-bencana ini sumbernya adalah ketergesa-gesaan dan kebodohan serta hasil dari bergaul dengan orang-orang jahat dan sembarangan mempercayai mereka serta menjauh dari kaum muslimin dan ulama mereka.

Mereka telah menjauh dari belajar melalui sekolah-sekolah dan dari para ulama sehingga terjatuh ke jurang-jurang sebagaimana mereka menjauh dari keluarga dan rumah-rumah mereka.
Maka yang wajib bagi pemuda-pemuda Islam adalah mengambil pelajaran dari kejadian ini karena orang yang bahagia adalah yang mengambil pelajaran dari peristiwa yang menimpa orang lain. Sebagaimana wajib bagi kita mengambil dari kejadian ini ibrah bagi kita dan tetap bergabung dengan jamaah kaum muslimin dan pemimpin mereka dan tidak nyempal dari mereka kepada kelompok-kelompok yang bermacam-macam.
sumber: Harian Al-‘Ukkadz

Selengkapnya...

Ayat Rokok Hilang, Modus Baru Kejahatan Konstitusi!

Jakarta—Penghilangan ayat tentang tembakau pada RUU Kesehatan dinilai sebagai modus baru dalam kejahatan konstitusi. Hal ini diungkapkan oleh Indonesian Parliamentary Center (IPC). Terlepas dari faktor teknis atau pun ketidaksengajaan penghilangan ayat tersebut, kasus ini harus diusut tuntas karena hilangnya satu ayat dalam UU yang akan disahkan ini berdampak besar bagi masyarakat.


Ayat 2 Pasal 113 UU ini seharusnya berbunyi:

“ zat adiktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi tembakau, produk yang mengandung tembakau padat, cairan, dan gas yang bersifat adiktif yang penggunaannya dapat menimbulkan kerugian bagi dirinya dan/atau masyarakat sekelilingnya.”

Hilangnya ayat ini diketahui oleh Mensesneg, Hatta Rajasa, saat melakukan pengecekan detail sebelum proses pengesahan. Dokumen RUU Kesehatan diterima Setneg pada 28 September 2009. Pansus RUU Kesehatan ini merupakan bagian tanggung jawab Komisi IX dan RUU tersebut telah disahkan pada rapat paripurna DPR pada 14 September 2009. Untuk mengesahkan RUU ini menjadi UU Kesehatan dan diundangkan di Lembar Negara, Setneg akan menyerahkan dokumen RUU, yang sudah bersampul dengan logo presiden, untuk diperiksa dan diparaf per halaman oleh Menteri Kesehatan, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, serta Mensesneg. Kemudian, RUU ini ditandatangani oleh Presiden dan diundangkan dalam Lembaran Negara.

Di lain pihak, Ketua Komisi IX DPR periode 2004-2009, Ribka Tjiptaning (F-PDIP) membantah adanya kesengajaan dalam menghilangkan ayat (2) pasal 113 tentang tembakau sebagai zat adiktif tersebut. Ribka mengungkapkan bahwa terdapat perbedaan pendapat di antara para anggota Komisi IX dalam pembahasan RUU ini. Anggota komisi yang berasal dari F-PDIP keberatan dengan ayat tersebut karena dapat merugikan konstituennya yang berbasis petani dan buruh. Sebagian anggota lain menyetujui ayat tersebut dengan alasan kesehatan. Namun, pada akhirnya, rapat memutuskan untuk tetap mencantumkan ayat tersebut dengan alasan kesehatan.

Meskipun beberapa pihak mengatakan hal ini sebagai kesalahan teknis, namun jika ‘korupsi’ ayat dalam RUU tersebut terjadi, dampaknya terhadap masyarakat akan sangat luas. Konsekuensi pencantuman ayat tersebut adalah ketegasan pemerintah dalam mengendalikan produk terkait tembakau, mulai dari iklan, kadar nikotin dan tar, ruang-ruang khusus penggunaan produk tembakau, hingga batasan usia pengguna.

Jelas saja, RUU ini rentan dengan campur tangan kepentingan pemilik modal, rumah sakit swasta, pabrik rokok, pabrik farmasi, dan pabrik jamu. Bukan tidak mungkin ‘kesalahan teknis’ ini juga hasil rekayasa pihak-pihak yang tidak ingin RUU ini merugikan mereka. Padahal sudah jelas, penghilangan ayat dalam UU hanya boleh dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi dan penghilangan ayat ini termasuk tindak pidana. Pelakunya dapat dikenakan pasal pemalsuan, penggelapan dan penipuan. (Era Muslim)

Selengkapnya...

Matematika Kehidupan

Harapan, melaju bersama modulus waktu
Merentang cinta ke limit yang terbatas
Sebentar, terintegral ke puncak kurva impian
Namun, realita mendiferensialkannya ke titik minimum


Semestanya tidak kosong,
Tapi banyak himpunan dalam relasi rasa
Menghadirkan aksioma-aksioma alam
Dalam cita rasa prima jagat raya

Dikala korelasi dan regresi buntu
Mengeja data abstrak yang tak terdefinisi
Dalam deret yang tak terhingga
Hingga geometri menvisualkannya dalam ruang

Aproksimasi,...
Di pecahan malam-malam-Nya
Sepi dalam rotasi mahluk
Memetakan zikir tanpa henti

Mizan, membandingkan...
Untuk sebuah sigma yang menentukan
Dalam keindahan surga,...
Atau dualnya, neraka yang ngeri.

Selengkapnya...

Selasa, 13 Oktober 2009

Intifadah: Bukan Hanya Perjuangan Palestina

Selama beberapa hari kemarin, sepertinya para pemimpin Palestina akan segera melepaskan intifadhah ketiga. Kondisi Al-Quds, jika tidak hendak dikatakan berada dalam situasi siaga tiga, maka sudah “cukup” genting. Al-Quds dikepung dimana-mana dan Israel disinyalir akan segera menduduki Yerusalem Timur. Kondisi yang membuat rakyat Palestina mungkin harus segera turun lagi ke jalan, dalam satu hati dan gerakan: intifadhah.Sebenarnya apa intifadhah ini? Apa artinya bagi orang Palestina dan umat Islam sedunia?


Sejarah Intifadhah

Tanggal 9 Desember 1987 menjadi hari yang tak terlupakan di bumi Palestina. Hari itu, meletuslah sebuah perang perlawanan terhadap Zionis Israel. Semua yang ada di Palestina merapatkan barisan, menjadi satu shaff, tua muda, laki-laki dan sebagian perempuan. Media menyebut waktu itu sebagai “Pertempuran terdahsyat sejak proklamasi negara Zionis Israel tahun 1948.”

Intifadhah sendiri dalam bahasa Arab berarti “bangun mendadak dari tidur atau dari keadaan tak sadar”. Hebatnya, pada Intifadhah yang pertama kali meletus, Palestina berperang tanpa persenjataan dan tanpa dibantu negara-negara Arab tetangganya.

Satu-satunya senjata yang kemudian menjadi legenda dan terkenal bahkan sampai kini, juga dijadikan sebagai salah satu ikon perlawanan Palestina terhadap penjajah Yahudi, adalah batu. Tidak heran jika anak-anak Palestina kemudian selama bertahun-tahun sampai kini dikenal dengan sebutan “Children of Stone” atau anak-anak batu.

Sehari sebelum meletus Intifadhah pertama, sebuah truk militer Israel masuk ke wilayah pengungsi Palestina di Jabalya, di Gaza. Seperti layaknya semua hal yang berbau Israel, truk ini masuk tanpa tujuan yang jelas, kecuali menyerang orang Palestina. Empat orang terbunuh. Bersamaan dengan itu, Yahudi pun bersikeras merebut Masjidil Aqsa atau Yerusalem Timur.

Karena kebiadaban Israel yang sudah mengakumulasi, semua orang Palestina berdiri saat itu. Ada momen yang membuat mereka harus segera menyelesaikan urusannya dengan Israel yang tak punya rasa kemanusiaan. Pada 9 Desember, pagi yang sepi dan dingin, kemudian berubah menjadi teriakan takbir di seantero Palestina.

Di Gaza, Israel memperparah keadaan, karena di tanggal 18 Desember, serdadu-serdadunya membunuh 2 orang dan melukai 20 orang Muslim yang baru selesai shalat Jumat. Para serdadu itu kemudian melanjutkan keganasannya dengan menyerbu Rumah Sakit Syifa, memukuli para doktor dan perawat dan menyeret orang-orang Palestina yang dirawat karena terluka dalam insiden shalat Jumat. Beberapa stasiun televisi menyiarkan gambar tetnara Israel bersenjata berat memukuli dan membunuhi warga Palestina. Dunia internasional mengecam tindakan kejam Israel, namun tidak ada yang berbuat kongkret dalam menyikapi negara Zionis itu.

19 Januari 1988 Menhan Rabin mengumumkan kebijakan baru yang dinamai “Tulang-tulang Patah”. Yitzhak Shamir, perdana menteri Israel waktu itu, menyatakan, “Tugas kita sekarang adalah untuk membangun lagi dinding ketakutan antara orang-orang Palestina dan militer Israel.”

Dalam waktu tiga hari sesudah pengumuman itu, 197 warga Palestina dirawat di beberapa rumah sakit karena mengalami patah tulang yang parah. Kelompok-kelompok HAM Palestina melaporkan, sejak dimulainya Intifadhah sampai akhir tahun 1993, para serdadu Israel dan pemukim Yahudi telah membunuh rakyat Palestina sebanyak 1.283 orang. Diperkirakan 130.472 mengalami luka-luka, 481 orang diusir, 22.088 dipenjara tanpa pengadilan, 2.533 rumah dihancurkan atau diambil alih, serta 184,257 batang pohon di kebun-kebun rakyat Palestina ditebang oleh serdadu Israel.

Intifadhah Pertama dianggap selesai pada 13 September 1993, ketika Perjanjian Oslo ditandantangani dalam sebuah upacara meriah di pekarangan selatan Gedung Putih. PM Israel Yitzhak Rabin dan Ketua PLO (Palestine Liberation Organisation) Yasser Arafat bersalaman disaksikan Presiden AS Bill Clinton.

Belum genap tiga tahun, Perjanjian itu sudah dianggap mati, ditandai kebijakan agresif perdana menteri Israel yang waktu itu terpilih, Benyamin Netanyahu. Ketika Perdana Menteri Ariel Sharon, menginjakkan kaki ke Masjidil Aqsa tahun 2000, dunia menyaksikan Intifadhah Kedua meletus.

Bukan Hanya Persoalan Palestina

Sesungguhnya, apa yang terjadi di Palestina sekarang bukan hanya persoalan bangsa Palestina belaka. Jika berhubungan dengan Islam, maka jelas umat sudah seharusnya memperhatikan apa yang ada di sana. Al-Quds adalah rumah bagi Masjid Al-Aqsa, kiblat pertama kaum Muslimin dan bangunan paling suci ketiga setelah Ka'bah di Makkah dan Mesjid Nabi Muhammad di Madinah, Arab Saudi. Maknanya telah diperkuat oleh kejadian Al Isra'a dan Al Mi'raj.

Jika lebih luas lagi, jika menyangkut isyu HAM, maka dunia internasional sudah seharusnya melihat dengan mata bersih: bahwa penjajahan di atas dunia ini masih berlaku, yaitu Israel terhadap Palestina. Bukti apa lagi yang kurang? Sekarang, Palestina hanya tinggal mempunyai semangat dan batu untuk melawan Israel.

Lantas, sekarang apakah Intifadhah ketiga akan segera hidup? Rakyat Palestina sudah terlalu lama menderita dalam penjajahan, sementara dunia Islam dan negara-negara Arab bungkam seribu bahasa. (Era Muslim)

Selengkapnya...

Misteri Keindahan...

Dalam pandanganmu yang tunduk...
Tersimpan sejuta keindahan...
Keindahan Bidadari Surga...
Rahasia Allah untuk hamba-Nya.

Dalam senyummu yang terjaga...
Tersimpan sejuta kehangatan...
Kehangatan mentari pagi...
Rahmat Allah untuk kehidupan.


Dalam suaramu yang merdu...
Senandung suci mengalung...
Mengalung lembut menyadarkan...
Bintang dalam gelap malam.

Aku bermimpi,...
Suatu saat kau menggenggam tanganku...
Mengecup keningku dan berkata,...
Ayo ke Surga!

Selengkapnya...